Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gas air mata merupakan senjata nonmematikan yang sering digunakan dalam situasi-situasi keamanan dan penegakan hukum untuk mengontrol kerumunan atau mengamankan area.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gas air mata bekerja dengan memicu reaksi fisik yang tak menyenangkan pada tubuh manusia. Salah satu efek yang mungkin terjadi akibat paparan gas air mata adalah pingsan atau kehilangan kesadaran. Mengapa bisa demikian?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Reaksi kimia di mata dan saluran napas
Dikutip dari American Lung Association, gas air mata mengandung senyawa kimia yang sangat iritasi bagi mata dan sistem pernapasan. Senyawa ini termasuk kloro benzylidene malononitrile (CS) dan chloroacetophenone (CN), yang merupakan polutan udara beracun.
Ketika gas ini menyentuh mata, terjadi reaksi kimia yang merangsang saraf di area tersebut. Ini menyebabkan perasaan panas, terbakar, dan nyeri yang intens di mata, dan menyebabkan pingsan.
Secara umum, paparan gas air mata juga dapat menyebabkan dada sesak, batuk, rasa tercekik, mengi, dan sesak napas, serta rasa terbakar pada mulut dan hidung, serta kesulitan menelan. Gas air mata juga dapat menyebabkan luka bakar kimia, reaksi alergi, dan gangguan pernapasan.
Orang yang sudah memiliki penyakit pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) memiliki risiko lebih tinggi terkena gejala penyakit parah yang dapat menyebabkan gagal napas.
2. Penurunan pasokan oksigen dan tekanan darah meningkat
Ketika seseorang terkena gas air mata, mereka cenderung menarik napas secara dangkal atau bahkan menahan napas untuk menghindari menghirup lebih banyak gas. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan pasokan oksigen ke otak. Ketika otak tidak mendapatkan cukup oksigen, seseorang dapat merasa pusing atau bahkan pingsan.
Dikutip dari Healthline, paparan gas air mata juga dapat menyebabkan peningkatan detak jantung atau tekanan darah. Pada orang dengan penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya, hal ini dapat menyebabkan serangan jantung atau kematian.
3. Stres Emosional
Selain reaksi fisik, paparan gas air mata juga dapat menyebabkan stres emosional. Menurut Physicians for Human Rights, paparan gas air mata dalam waktu lama atau berulang dapat menyebabkan gejala gangguan stres pasca trauma (PTSD).
Kondisi ini dapat memicu kecemasan atau panik, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi tekanan darah dan kesadaran seseorang. Stres tambahan ini dapat berkontribusi pada pingsan.