Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dulu, ketika bayi lahir, setelah tali pusar yang menghubungkan bayi dengan plasenta dijepit klem dan tali pusar dipotong, darah pun mengalir terbuang sia-sia. Namun, sejak diketahui darah tali pusar mengandung sel induk berkualitas tinggi dan punya banyak manfaat, para ahli mulai mencoba mengumpulkannya.
Ada tiga cara pengambilan darah dari tali pusar. Pada awalnya dikenal dengan sistem terbuka. Setelah tali pusar diklem di dua bagian dan kemudian dipotong, darah yang mengalir langsung ditampung di wadah terbuka. "Namun, bayangkan berapa banyak kontaminasi bisa terjadi dengan cara ini," ujar Soren Bested MSc MBA, direktur laboratorium di Cordlife, Singapura.
Sistem lain, menggunakan jarum suntik dan alat semprot. Darah tali pusar diambil dengan jarum suntik dan ditampung dalam tabung untuk pemrosesan. Tapi cara ini pun ternyata tidak cukup efektif. Selain pengambilan darah yang terbatas hanya beberapa mililiter dalam setiap jarum suntik, kemungkinan terkontaminasi pun bisa terjadi. Belum lagi, pemindahan dari satu tabung ke tabung lain memungkinkan darah langsung berhadapan dengan udara terbuka.
Yang terbaru adalah sistem tertutup, yang kini dipakai oleh Cordlife. Dengan sebuah kantong plastik berselang tiga mirip kantong darah untuk transfusi, darah tali pusar diambil dengan salah satu selang berujung tajam. Darah tali pusar langsung masuk ke kantong berisi cairan antikoagulan untuk mencegah pembekuan darah. Keunggulan sistem ini, darah sama sekali tak bersentuhan dengan udara luar.
Di Cordlife, darah tali pusar yang dikumpulkan ini dalam waktu 36 jam harus segera dibawa ke laboratorium di Singapura untuk pemrosesan. Selain untuk menguji apakah darah yang terkumpul telah terkontaminasi bibit penyakit, bakteri, atau jamur, pemrosesan juga dilakukan dengan mengisolasi nukleus sel darah. Hanya nukleus sel darah atau sel induk inilah yang disimpan.
Produk akhir pemrosesan di laboratorium Cordlife adalah sampel darah berisi sel induk dalam kantong mungil yang terdiri dari dua bagian. "Dua puluh persen untuk menjadi cetak biru sebelum ditransplantasi jika saatnya digunakan, dan 80 persen lagi untuk disimpan kembali," kata Soren. Pembagian ini penting karena proses pembekuan dan penyimpanan berulang-ulang bisa merusak sel induk.
Kantong-kantong mungil berisi sel induk ini disimpan di tangki berisi nitrogen cair. Satu tangki berisi 1.000 liter nitrogen cair bisa menampung 800 sampel darah. Penggunaan nitrogen cair sebagai media penyimpan lebih menguntungkan ketimbang mesin pengawet dengan tenaga listrik. Dengan pengawet listrik, suhu minimum yang bisa dicapai hanya minus 150 derajat Celsius. Dengan sistem cyropreservation atau pengawetan dengan nitrogen cair, suhu maksimum yang bisa dicapai minus 196 derajat Celsius, suhu yang tepat untuk menjaga kualitas sel induk.
Jika ada kerusakan yang bersifat teknis pada mesin bertenaga listrik itu, umumnya sampel darah tersebut hanya bisa bertahan selama beberapa jam. Sedangkan dengan nitrogen cair, sampel bisa bertahan hingga dua minggu dalam temperatur tetap. Dalam sejarah penyimpanan darah, ada darah yang bisa bertahan disimpan hingga 45 tahun. Karena prinsipnya sama dengan penyimpanan darah, sampel darah berisi sel induk pun diharapkan bisa bertahan selama itu, meski kini usia darah tali pusar terpanjang baru mencapai 18 tahun.
Utami Widowati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo