Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengenal Hidup Sehat dan Cinta Lingkungan Suku Baduy

Suku Baduy yang tinggal di Pegunungan Kendeng, Kabupaten Lebak, Banten, dan bermukim di 65 perkampungan.

28 Januari 2021 | 10.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ira, wanita suku Baduy Luar menanak nasi dengan menggunakan kayu bakar di kampung Marenggo, Banten. Seperti kebanyakan wanita Baduy, Ina menggunakan pakaian khas dalam kesehariannya, baju berwarna hitam dan skain sarung biru. Tempo/Rully Kesuma

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Suku Baduy tinggal di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku Baduy terdiri dari dua bagian, yakni Baduy Luar dan Baduy Dalam. Terlepas menjadi warga Baduy Luar atau Baduy Dalam, masyarakat Suku Baduy memegang teguh adat dan budaya turun-temurun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di masa pandemi Covid-19, Puskesmas Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar, menyatakan tidak ada kasus infeksi virus corona di Suku Baduy. "Selama sembilan bulan terakhir warga Baduy nol kasus Covid-19," kata Iton Rustandi, petugas Puskesmas Cisimeut di Lebak, Minggu 24 Januari 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suku Baduy tunduk kepada arahan pimpinan mereka, yang disebut dengan "jaro". Para jaro mengimbau warga Baduy menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Tetua adat juga melarang masyarakat Baduy ke luar daerah, terutama zona merah Covid-19. Bagi warga Baduy yang merantau dan akan kembali ke rumah, maka dia harus memeriksakan diri dulu di puskesmas terdekat.

Suku Baduy yang tinggal di Pegunungan Kendeng dengan luas 5.100 hektare bermukim di 65 perkampungan. Jumlah warga Baduy sekitar 11.600 jiwa. Dari sisi kesehatan, masyarakat Suku Baduy aktif bergerak. Para pria dewasa mengolah lahan pertanian dan ternak, sementara kaum perempuan mengurus segala kebutuhan rumah tangga. Mereka melakukan semua aktivitas dengan berjalan kaki.

Warga Baduy luar melakukan aktivitas di Desa Kanekes, Lebak, Banten, Selasa, 7 Juli 2020. ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas

Masyarakat Baduy membatasi interaksi dengan orang luar. Mereka juga selalu mengingatkan siapapun yang masuk ke perkampungan Suku Baduy agar menghormati kebiasaan dan adat istiadat masyarakat setempat. Suku Baduy tidak memakai sabun saat mandi dan tidak pula menggunakan detergen untuk mencuci pakaian. Sebabnya, mereka tak ingin mencemari air yang menjadi sumber kehidupan.

Suku Baduy menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak asal-asalan menebang pohon. Mereka membatasi diri dari teknologi. Tiada televisi, radio, apalagi gadget di rumah-rumah penduduk.

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara, Rezi Erdiansyah mengatakan Suku Baduy sangat berhati-hati atas segala sesuatu yang baru. "Kalau mereka menganggap hal baru itu akan mengganggu kultur, maka pasti ditolak," katanya. Tak peduli bagaimana masyarakat luar melihat kehidupan Suku Baduy, mereka membuktikan kecintaan pada alam menuntun pada kesehatan dan kesejahteraan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus