Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengenal Jenis Kopi Tradisional di Bali Pulina, dari yang Paling Kuat hingga Manis

Berikut ini 4 jenis kopi khas Bali dengan proses yang berbeda-beda dari tanaman biji kopi arabika Kintamani.

27 November 2023 | 16.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Berbagai jenis kopi Arabica Kintamani yang disajikan di Bali Pulina. Kamis, 23 November 2023. TEMPO/Intan Setiawanty.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Gianyar - Berkunjung ke Bali Pulina, destinasi wisata yang satu ini menyuguhkan pengalaman berbeda untuk menikmati kopi. Mulai dari perkebunan yang dibudidayakan menggunakan arabika Kintamani hingga proses mengolahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu hal menarik yang ditawarkan bagi para pengunjungnya adalah sensasi menikmati berbagai jenis biji kopi khas Bali. Pengunjung akan mendapatkan edukasi mengenai biji kopi yang dihadirkan di Bali Pulina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut ini berbagai jenis kopi yang dibedakan berdasarkan proses pengolahan biji kopinya. Mulai dari yang paling lembut hingga yang kadar pahitnya kuat.

1. Wet Coffee

Jenis yang satu ini merupakan biji kopi yang dipetik merah, kemudian kulitnya dikupas. Setelah itu bijinya direndam di air selama kurang lebih 24 jam. Sesuai dengan namanya, biji kopi dijemur selama beberapa hari hingga satu sampai dua minggu. Rasa yang diciptakan dari proses ini cenderung asam dan ada sensasi buah jeruknya.

2. Natural Coffee

Sementara natural coffee yang dipetik merupakan biji kopi bewarna merah. Jadi biji kopinya yang dipilih hanya merah saja. “Biasanya jenis ini harus dijemur sekitar 2 bulanan karena prosesnya harus dilakukan secara perlahan dan tak harus terpapar sinar matahari secara langsung,” kata Ayu, staf dari Bali Pulina. Rasa dari jenis kopi ini terasa seperti wewangian floral dan fruity.

3. Honey Coffee

Proses honey coffee ini memiliki keunikannya tersendiri. Disebut kopi madu karena pada prosesnya, kulit merah dari biji kopi dikupas tapi gel atau lendir dari bijinya masih dibiarkan menempel. “Biji itu yang kami jemur. Jadi gelnya nanti akan terfermentasi ke kopinya. Makanya, rasa yang diciptakan ada sedikit sensasi manisnya," kata Ayu.

4. Dry Coffee

Untuk dry coffee, jenis ini merupakan pilihan biji kopi yang dipetik campuran, ada yang berwarna merah dan kuning. Proses penjemuran dry coffee lebih cepat dari jenis yang lain, yaitu kurang lebih selama 2 hingga 3 minggu. Proses ini menghasilkan rasa yang lebih pahit dan kuat dibandingkan jenis kopi lainnya. “Kalau pernah mencoba kopi Bali, itu jenis dry coffee,” ujar Ayu.

Semua proses ini dilakukan khusus untuk biji kopi Arabica. Hal ini penting karena akan menentukan rasa apa yang nantinya ingin dihasilkan. Biasanya, arabica cenderung lebih berasa seperti buah yang agak asam.


Tertarik mencicipi kopi hitam di destinasi wisata Bali ini?

Intan Setiawanty

Intan Setiawanty

Memulai karier jurnalistik di Tempo pada 2023. Alumni Program Studi Sastra Prancis Universitas Indonesia ini menulis berita hiburan, khususnya musik dan selebritas, pendidikan, dan hukum kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus