Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -- Makanan ultra-proses atau ultra-processed food (UPF) yang sering kita temui dalam bentuk camilan kemasan, makanan cepat saji, dan minuman manis, sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Meski kerap dianggap sebagai pilihan praktis, konsumsi makanan jenis ini membawa dampak besar bagi tubuh kita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya itu, tahukah Anda bahwa makanan ini bukan hanya nikmat di lidah, tapi juga bisa sangat adiktif? Mari membahas lebih dalam tentang apa itu makanan ultra proses, mengapa banyak orang begitu menyukainya hingga ketagihan, dan apa dampaknya bagi kesehatan tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa Itu Makanan Ultra-Proses?
Makanan ultra-proses adalah jenis makanan yang telah diproses secara berlebihan, menggunakan bahan-bahan yang tidak biasa ditemui dalam masakan rumahan. Makanan ini sering mengandung berbagai bahan tambahan kimiawi seperti pemanis buatan, pengawet, pewarna, dan perasa buatan, yang bertujuan untuk meningkatkan rasa dan memperpanjang daya simpan produk.
Contoh makanan ultra proses meliputi camilan kemasan, makanan siap saji, minuman manis, hingga makanan beku seperti bakpao hingga kentang goreng beku. Menurut Yale Medicine, pengklasifikasian makanan dalam sistem NOVA membagi makanan berdasarkan tingkat pemrosesannya.
Dalam klasifikasi tersebut, makanan ultra proses masuk dalam kelompok keempat, yang berarti bahan utama yang digunakan berasal dari bahan pangan yang telah diproses secara intensif dan umumnya telah kehilangan sebagian besar kandungan nutrisi alaminya.
Adiksi Makanan Ultra Proses
Kenapa makanan ultra proses sangat digemari, bahkan membuat sebagian orang ketagihan? Dikutip dari CNA Lifestyle, mantan komisioner FDA Amerika Serikat, Robert Califf menyebut bahwa makanan ultra proses bisa bersifat adiktif, mirip dengan bagaimana narkoba dapat mempengaruhi otak.
Penelitian menunjukkan bahwa makanan yang kaya akan gula, lemak, dan garam mampu memicu peningkatan dopamin di otak, sama seperti yang terjadi pada mereka yang ketagihan narkoba.
Studi terbaru menunjukkan bahwa saat kita mengonsumsi makanan ultra proses, otak akan merespons dengan mengeluarkan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan perasaan senang dan puas. Hal ini menciptakan suatu perasaan kenikmatan yang membuat kita ingin mengonsumsi lebih banyak lagi, karena otak kita mengingat sensasi tersebut dan mendorong kita untuk mengulanginya.
Selain itu, ada kemungkinan bahwa makanan ultra proses, terutama yang mengandung banyak lemak dan gula, dapat menyebabkan lonjakan dopamin yang serupa dengan obat-obatan adiktif.
Dampaknya Bagi Tubuh
Meskipun makanan ultra proses memberikan kenikmatan instan, menurut artikel dari Harvard Medical School, dampaknya bagi tubuh bisa sangat merugikan dalam jangka panjang.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi berlebihan makanan ultra proses dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, hingga masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Hal ini terjadi karena makanan tersebut umumnya lebih tinggi kalori, rendah nutrisi, dan cenderung menyebabkan konsumsi berlebihan karena mudah dikonsumsi dan terasa sangat enak.
Terdapat riset yang menemukan bahwa peserta yang mengonsumsi makanan ultra proses cenderung makan lebih banyak kalori dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi makanan utuh atau minim proses.
Pada penelitian tersebut, peserta yang mengonsumsi makanan ultra proses makan sekitar 500 kalori lebih banyak per hari, yang berujung pada kenaikan berat badan rata-rata sekitar 2 kilogram dalam waktu 14 hari. Makanan-makanan ini tidak hanya lebih menggugah selera, tetapi juga lebih mudah dicerna tubuh, sehingga meningkatkan rasa lapar lebih cepat.
Selain itu, ada bukti bahwa makanan ultra proses mengandung bahan kimia tambahan yang dapat menambah beban racun dalam tubuh, serta meningkatkan peradangan yang berhubungan dengan berbagai penyakit kronis.
Sebuah tinjauan dalam British Medical Journal (BMJ) menunjukkan bahwa diet yang tinggi makanan ultra proses dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung, diabetes, dan gangguan mental.
Makanan ultra-proses seperti makanan cepat saji memang sangat menggoda, dengan rasa yang kaya dan tekstur yang menyenangkan, namun bahaya jangka panjangnya tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam memilih makanan, mengutamakan konsumsi makanan segar dan minim proses agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari risiko penyakit yang dapat dipicu oleh konsumsi berlebihan makanan ultra-proses.