Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Daging olahan yang diproduksi menjadi makanan cepat saji dapat menyebarkan bakteri Listeria monocytogenes. Bakteri jenis ini menyerang sistem kekebalan tubuh orang yang mengosumsinya. Istilah yang disematkan terhadap munculnya penyakit akibat bakteri itu disebut dengan wabah Listeria.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak semua daging olahan pada makanan cepat saji memicu serangan bakteri tersebut. Para ahli menjelaskan bahwa daging yang terkontaminasi listeria disebabkan oleh pengolahan yang tidak tepat atau tidak melalui pasteurisasi. Diterangkan pula, bukan hanya daging yang bisa disinggahi oleh bakteri penyebab wabah Listeria karena pada 2011 lalu juga ditemukan kasus serupa pada buah melon dan turut menyebabkan korban jiwa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat telah mengidentifikasi kemunculan wabah Listeria dari daging olahan baru-baru ini. Wabah ini sedikitnya menyebabkan lima kasus kematian pada warga di Florida, Tennessee, New Mexico, dan South Carolina.
Selain menyebabkan korban jiwa, wabah Listeria yang terbaru ini terhitung berimbas pada 57 kasus di rumah sakit. Otoritas kesehatan di Amerika Serikat mulai mewaspadai kehadiran wabah Listeria ini sejak Rabu, 28 Agustus 2024.
Disebutkan bakteri Listeria adalah bakteri tangguh yang dapat bertahan di tempat pemotongan daging, serta di dalam makanan dan minuman. Bakteri ini tahan terhadap suhu pendingin yang diklaim dapat menjaga daging dari kontaminasi bakteri. Namun takut terhadap suhu yang panas atau tinggi.
"Meskipun pendingin tidak membunuh Listeria, memanaskan kembali makanan pada suhu yang cukup tinggi sebelum dikonsumsi dapat menghilangkan bakteri tersebut," bunyi laporan yang dikutip Reuters.
Ahli kesehatan laboratorium dan epidemiolog Amerika Serikat, menemukan bahwa daging yang diiris pada toko makanan seperti olahan sosis hati merek tertentu sudah terkontaminasi bakteri ini dan memicu timbulnya penyakit yang merusak kekebalan tubuh jika mengonsumsinya. Gejala lain yang ditimbulkan, di antaranya, demam, menggigil hingga sakit kepala.
Orang yang terinfeksi bakteri ini bisa didiagnosa setelah sepuluh minggu mengonsumsi daging tersebut, karena efek infeksinya tidak terjadi setelah makanan atau minuman terkontaminasi masuk ke dalam tubuh manusia.
Ahli kesehatan sangat menyarankan agar tidak mengonsumsi daging olahan yang ditarik dari peredaran, serta mendesak konsumen untuk memeriksa setiap produk yang akan dikonsumsinya. Terlebih yang sudah kadaluarsa atau diragukan komposisi bahannya.