Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini berkembang biak dalam tubuh inang dengan lambat dan masa inkubasi penyakit rata-rata 5 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyakit ini bersifat infeksius kronis dengan gejala yang dapat terlihat setelah 1 tahun infeksi, tetapi gejala juga dapat terlihat setelah 20 tahun bahkan lebih. Kusta menyerang kulit, saraf tepi, saluran pernapasan, dan mata. Bahkan pada beberapa kasus dapat menimbulkan kecacatan pada penderitanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari WHO, ada 127.558 kasus kusta baru yang terdeteksi secara global pada 2020. Sekitar 8.629 anak usia di bawah 15 tahun mengalami penyakit kusta. Sayangnya, sejak pandemi Covid-19, pelaksanaan program deteksi kusta terhambat dan mengalami penurunan.
Penyakit kusta sudah ada sejak zaman dahulu. Orang-orang yang menderita kusta sering dikucilkan masyarakat atau bahkan keluarga mereka sendiri. Penderita kusta seharusnya mendapatkan perlindungan dan dukungan dari keluarga agar semangat dalam menjalani pengobatan.
Saat ini wabah kusta telah dikelola dengan baik. Diawali pada 1940-an dengan ditemukan obat Dapson dengan durasi pengobatan seumur hidup. Dilanjutkan pada awal 1960 obat rifampisin dan klofazimin ditemukan, yang kemudian dikembangkan ke dalam terapi multidrug (MDT).
Cara terbaik untuk pencegahan penyakit kusta adalah dengan melakukan deteksi dan pengobatan dini terhadap orang yang terinfeksi. Cara lain yang bisa dillakukan adalah dengan menjaga daya tahan tubuh, menjaga pola makan, tidak tinggal di wilayah endemik kusta, memakai masker, dan menjaga kebersihan.
Kusta tidak berbahaya bila diobati secara tepat dan tuntas. Karena itu, bila terdapat gejala kusta harus segera mendapat perlakuan pengobatan agar tidak menimbulkan hal fatal seperti kecacatan.
MELINDA KUSUMA NINGRUM
Baca juga: Bisakah Kusta Disembuhkan?