Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 1960-an, seorang psikolog Diana Baumrind melakukan penelitian tentang pola asuh orang tua terhadap anak. Penelitiannya menggunakan metode observasi naturalistik, wawancara orang tua, dan tinjauan langsung ke 100 anak usia prasekolah. Dia berhasil mengidentifikasi tiga dimensi penting dari pola pengasuhan, yakni otoriter, otoritatif, dan permisif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiga dimensi atau metode pengasuhan anak tersebut mencakup indikator strategi disiplin, kehangatan dan pengasuhan, gaya komunikasi, serta harapan kedewasaan dan kontrol orang tua. Berdasarkan dimensi tersebut, menurut Baumrind, mayoritas orang tua menampilkan salah satu dari tiga gaya pengasuhan yang berbeda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Kembangkan Potensi Anak dengan Pola Asuh Otoritatif
Metode Pola Asuh Anak
Berikut penjelasan dari perbedaan tiga pola asuh otoriter, otoritatif, dan permisif, sebagaimana dilansir dari penelitian Baumrind berjudul “Child Care Practices Anteceding Three Patterns of Preschool Behavior”:
- Pola Asuh Otoriter
Pengasuhan otoriter identik dengan aturan ketat yang ditetapkan oleh orang tua terhadap buah hatinya. Apabila anak gagal mengikuti atau melaksanakan aturan tersebut, biasanya akan diberikan hukuman. Baumrind mengatakan orang tua tipe ini selalu berorientasi pada kepatuhan dan berharap perintah mereka dipatuhi tanpa ada penjelasan sebelumnya. “Mereka sering digambarkan sebagai orang yang mendominasi dan diktator,” tulisnya.
- Pola Asuh Permisif
Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif, terkadang disebut sebagai orang tua yang memanjakan dan sangat sedikit menuntut anaknya. Orang tua ini jarang mendisiplinkan anak karena mereka memiliki harapan kedewasaan dan pengendalian diri yang relatif rendah. Menurut Baumrind, orang tua yang permisif sering kali memposisikan dirinya sebagai teman daripada orang tua.
- Pola Asuh Otoritatif
Mirip seperti pola asuh otoriter, orang tua yang memiliki gaya pengasuhan otoritatif menetapkan aturan dan pedoman untuk diikuti oleh buah hatinya. Namun bedanya, menurut Baumrind, pola pengasuhan ini jauh lebih demokratis. Dengan kata lain, orang tua cenderung membiarkan anak-anak untuk mengungkapkan pendapat, mendorong anak untuk mendiskusikan pilihan, hingga menerapkan disiplin yang adil ketika aturan yang disepakati dilanggar.
Judith G Smetana dalam penelitiannya berjudul “Current Research on Parenting Styles, Dimensions, and Beliefs” (2017) menyatakan pola asuh otoritatif lebih ideal dan efektif diterapkan oleh orang tua. Menurut dia, pola asuh ini memberikan manfaat terhadap anak termasuk melatih kemandirian, kepercayaan diri, motivasi tinggi, hingga memiliki daya prestasi tinggi. Meski begitu, apapun tipe pola asuhnya masih perlu diselaraskan perilaku unik setiap anak.
HARIS SETYAWAN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.