Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengenal Sejarah Hari Buku Nasional dan Cara Memperingatinya

Hari Buku Nasional 17 Mei secara resmi diperingati sejak tahun 2002. Dengan adanya Hari Buku Nasional, ekonomi penjual buku pun diharapkan meningkat

22 Mei 2023 | 13.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi buku. Dok. Zenius

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Buku Nasional 17 Mei secara resmi diperingati sejak tahun 2002. Bertepatan dengan tanggal berdirinya Perpustakaan Nasional (Perpusnas) pada 17 Mei 1980. Dibalik sejarah hari peringatan buku nasional, terdapat kisah sedih yang datang dari Abdul Malik Fadjar Menteri Pendidikan Nasional era Kabinet Gotong Royong sekaligus pencetus peringatan ini. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Abdul Malik Fadjar, literasi masyarakat indonesia sangat rendah hal ini pun telah dibuktikan oleh banyak survei nasional maupun internasional. Bahkan, masyarakat Indonesia bagi menteri Abdul Malik Fadjar masih nyaman untuk mendengarkan budaya lisan daripada membeli atau menggunakan buku untuk belajar. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan adanya Hari Buku Nasional, ekonomi penjual buku pun diharapkan ikut meningkat pesat. Abdul Malik Fadjar sebagai seorang guru, mengamati dan mengangkat fenomena ini salah satunya berdasarkan pengalam pribadi. Di mana ia telah berkontribusi membangun berbagai sekolah Muhammadiyah termasuk perpustakaan desa.

Cara merayakan Hari Buku Nasional

Merayakan Hari Buku Nasional dapat Anda lakukan dengan beragam cara. Terutama jika Anda adalah bibliophile atau suka untuk membaca, merawat, dan mengoleksi buku.

1. Membuat Ulasan Buku di Media Sosial

Mengulas buku karya-karya sastra maupun pengetahuan ilmiah lainnya adalah cara Anda menghormati buku dan penulisnya terutama tokoh-tokoh sastra Indonesia. Manfaatkanlah sosial media untuk mengunggah apa yang telah Anda baca secara ringkas. Lalu, ajaklah audien media sosial dan teman-teman Anda diskusi secara langsung.

2. Mengadakan Donasi Buku

Buku yang telah Anda baca sejak lama, tetapi masih layak baca secara fisik dan isinya lebih baik jangan dibuang. Namun, donasikan di acara tertentu, perpustakaan, atau orang yang membutuhkan. Dengan demikian, buku dan biaya yang Anda keluarkan untuk membeli tetap bermanfaat baik.

3. Mengunjungi Toko Buku Lokal

Anda juga dapat merayakan Hari Buku Nasional dengan mengunjungi toko buku lokal favorit. Belilah buku yang sesuai dengan Anda dan rasakan aroma kertas baru yang menenangkan pikiran. Selain itu, Anda juga berperan dalam memajukan produksi buku Indonesia.

Rekomendasi Buku Edukasi Terbaik

1. Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela Karya Tetsuko Kuroyanagi

Totto-chan adalah nama asli dari penulis buku ini, Tetsuko Kuroyanagi. Buku ini memberi pengalaman masa kecil saat duduk di bangku sekolah. Totto-chan menyukai pemusik jalanan yang sering melewati sekolahnya sehingga ia berinisiatif untuk membuka-menutup jendela kelas demi melihat kawanan pemusik tersebut. Namun, hal ini tidak dapat ditoleransi oleh guru-guru setempat dan menyeretkan dikeluarkan dari sekolah. Setelah ini, Totto-chan pergi ke bangku sekolah Tomoe Gakuen. Di mana para muridnya bebas mengekspresikan diri dalam belajar secara formal dan informal.

2. Pendidikan Kaum Tertindas Karya Paulo Freire

Penindasan sesama manusia adalah didikan yang harus Anda terima sejak dini agar menghindari perilaku keji ini. Buku Pendidikan Kaum Tertindas Karya Paulo Freire mengisahkan betapa sengsaranya masyarakat tertindas di suatu negara hingga ratusan tahun seperti Indonesia. Melalui buku ini, Anda akan belajar cara bersuara memperjuangkan hak-hak sosial salah satunya memperbanyak investasi pendidikan.

3. Terdidik (Educated) Karya Tara Westover

Buku kisah nyata dan terjemahan, Terdidik (Educated) Karya Tara Westover mengisahkan bagaimana perempuan dijadikan sebagai kaum marjinal atau terpinggirkan sehingga sulit mendapatkan akses pendidikan. Tara Westover bersama adiknya lahir dari keluarga tertutup dengan pesimisme yang sangat kuat. Keluarga dan masyarakatnya tidak mempercayai dunia modern seperti bidang kedokteran. Meski demikian, Tara membuktikan dan mengubah diri hingga berhasil diterima di Brigham Young University.

ALFI MUNA SYARIFAH

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus