Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengenang Jakarta Tempo Dulu di Bakmi Gang Kelinci

Bakmi Gang Kelinci menjadi salah satu saksi bisu perkembangan Jakarta dari masa ke masa.

8 Juni 2018 | 13.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengunjung melintas disamping kendaraan roda empat yang parkir di dalam kawasan Pasar Baru, Jakarta, (5/5). ANTARA/Zabur Karuru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Syair tembang Gang Kelinci gubahan musikus senior Titiek Puspa yang dinyanyikan Lilis Suryani terbayang mengalun-alun ketika Tempo masuk ke warung Bakmi Kelinci di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Baca: Di Jalur Mudik, Tandai 4 Kuliner Legendaris di Sepanjang Pantura

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di gang sempit selebar tak sampai 2 meter itu, warung bakmi ramai dikunjungi tamu. Bangku berkapasitas tak lebih dari 140 orang hampir penuh saban hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seketika langsung terngiang lagu berlirik "karena manusia bertambah banyak, kasihan kelinci terdesak". Bakmi Gang Kelinci yang berlokasi di kawasan padat seolah benar-benar mengingatkan pengunjungnya pada lagu yang dirilis pada 1960-an itu.

Bayangan Jakarta masa lalu yang lengang, berangsur-angsur berkembang pembangunan gedung-gedung gergasi yang masif lekat dirasakan. Bakmi Gang Kelinci menjadi salah satu saksi bisu perkembangan Jakarta dari masa ke masa. "Bakmi Kelinci mulai berdiri pada 1957 di sini," kata kepala warung yang akrab disapa Sandy kepada Tempo.

Tak heran bila warung itu punya pelanggan dari generasi yang lengkap: generasi X sampai Z. Dari awal dibuka sampai sekarang pun, Bakmi Gang Kelinci memiliki menu yang tak berubah.Menu di Restoran Bakmi Gang Kelinci. TEMPO/Charisma Adristy

Andalannya ialah bakmi ayam cah jamur. Menu ini seperti peranti mesin waktu yang membawa konsumennya mengenang Jakarta dari masa ke masa lewat semangkuk mi. "Tidak ada yang berubah dari isi, resep, sampai tampilannya. Hanya harga yang berubah," tutur Sandy.

Bakmi itu dilengkapi dengan suwiran ayam, jamur merang, dan caisim.Porsinya juga berlimpah. Ukuran porsi ini menimbulkan bayangan bagaimana pelanggan kuat menyantap bakmi dengan porsi sebesar itu. Namun, bagi yang ingin ukuran mini, restoran menyediakan alternatif menu dengan ukuran setengah.

Mi ini terasa sangat berempah. Sandy berujar, pemilik membubuhkan resep rahasia di dalamnya, yang tak pernah dibeberkan ke orang-orang. “Semua bumbu dalam semangkuk mi tak boleh dibocorkan,” ujarnya.

Kekuatannya juga terletak pada bakso sapi yang dihidangkan terpisah. “Baksonya bikin sendiri, enggak pesan di luar. Makanya 100 persen isinya daging” tutur Sandy.

Memang betul, saat baksonya dibelah, teksturnya agak kasar. Bagian dalamnya juga lumayan sulit diiris karena uratnya padat. Selain dengan bakso, bakmi akan dihidangkan bersama pangsit goreng yang renyah.

Simak: Berburu Kuliner Turki di Jakarta, Cek 4 Resto Ini

Semangkuk bakmi ayam di warung ini dibanderol mulai Rp 27.500. Gerainya buka setiap hari, pukul 07.00 sampai 21.00. Bila hari libur, buka lebih pagi, sekitar pukul 06.00 dan tutup pukul 20.00.

Bakmi Gang Kelinci bisa menjadi salah satu alternatif berbuka puasa nanti. Sambil menyantap, Anda bisa mengenang memori tentang Jakarta dari masa ke masa.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput politik untuk kanal nasional.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus