Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengulik Diagnosa Aphasia dan Cara Berinteraksi dengan Penderitanya

Penderita aphasia, atau dikenal dengan afasia, sering kali menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengungkapkan pikiran mereka dengan kata-kata.

29 Desember 2024 | 09.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
(dari kanan) Emma Heming bersama suaminya, Bruce Willis. Foto: Instagram/@emmahemingwillis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Aphasia adalah sebuah kondisi medis yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif. Gangguan ini dapat mengakibatkan berbagai kesulitan, baik dalam memahami maupun menyampaikan informasi melalui bahasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penderita aphasia, atau dikenal dengan afasia, sering kali menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengungkapkan pikiran mereka dengan kata-kata, memahami percakapan, membaca tulisan, hingga menulis dengan benar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi ini dapat berdampak besar pada kehidupan sehari-hari, karena komunikasi adalah elemen penting dalam berbagai aktivitas. Lantas, bagaimana cara mengetahui adanya gejala afasia dan tips pencegahan?

Mendiagnosis Aphasia

Jika dokter mencurigai Anda atau seseorang yang Anda kenal menderita aphasia, mereka mungkin akan melakukan tes pencitraan untuk menemukan penyebab masalah tersebut. Tes seperti CT scan atau MRI berguna untuk mengetahui lokasi dan tingkat kerusakan otak.

Selain itu, dokter juga dapat memeriksa aphasia selama pengobatan cedera otak atau stroke. Mereka mungkin akan mengevaluasi kemampuan Anda dalam mengikuti instruksi,menyebutkan nama benda,berbicara dalam percakapan, menjawab pertanyaan, menulis kata-kata, dan membaca.

Jika diagnosis aphasia sudah dipastikan, seorang ahli patologi bicara dan bahasa akan membantu menentukan jenis gangguan komunikasi yang Anda alami. Dalam pemeriksaan ini, kemampuan Anda untuk:

- berbicara dengan jelas
- mengungkapkan ide secara teratur
- berinteraksi dengan orang lain
- membaca
- menulis
- memahami bahasa verbal dan tulisan
- menggunakan cara komunikasi alternatif
- serta menelan, akan dievaluasi.

Apa yang dibutuhkan pengidap Aphasia?

Pengobatan aphasia bergantung pada jenis atau pola gangguannya. Secara umum, tujuannya adalah membantu penderita menjadi lebih mandiri dalam menjalani hidupnya.

Beberapa jenis aphasia dapat membaik melalui terapi bicara dan bahasa. Terapi ini biasanya berlangsung secara bertahap dan memerlukan waktu. Semakin cepat dimulai setelah cedera otak, hasilnya semakin baik. Rencana pengobatan dapat mencakup:

1. Latihan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
2. Bekerja dalam kelompok untuk berlatih berkomunikasi
3. Mencoba berkomunikasi dalam situasi sehari-hari
4. Belajar menggunakan bentuk komunikasi lain seperti gerakan, gambar, atau alat berbasis komputer, dan memanfaatkan teknologi untuk membantu mempelajari kembali bunyi dan kata, serta melibatkan keluarga agar membantu dalam komunikasi sehari-hari.

Dukungan emosional, seperti terapi konseling atau partisipasi keluarga, sering kali disarankan, terutama bagi penderita yang merasa kesulitan menerima diagnosis atau gejala mereka.

Teknologi baru, seperti stimulasi magnetik transkranial (TMS), juga telah menunjukkan potensi untuk memperbaiki gejala tertentu aphasia. Namun, metode ini sebagian besar masih dalam tahap penelitian.

Mencegah Aphasia

Sebagian besar kondisi penyebab aphasia, seperti tumor otak atau penyakit degeneratif, tidak dapat dicegah. Namun, karena stroke adalah penyebab utama aphasia, mengurangi risiko stroke dapat secara signifikan menurunkan kemungkinan terkena aphasia.

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah stroke meliputi:

1. berhenti merokok
2. mengonsumsi alkohol secara moderat
3. rutin berolahraga
4. makan makanan rendah natrium dan lemak
5. menjaga tekanan darah dan kadar kolesterol
6. mengelola diabetes atau gangguan sirkulasi darah jika ada
7. mendapatkan pengobatan untuk fibrilasi atrium, dan segera mencari perawatan medis jika muncul tanda-tanda stroke.

Jika aphasia yang dialami bersifat sementara, seperti akibat TIA (serangan iskemik sementara) atau migrain, gejala biasanya akan hilang dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan.

Namun, bagi mereka yang menderita aphasia permanen, yang sering kali disebabkan oleh stroke, cedera otak, infeksi, atau penyakit neurodegeneratif, prospek pemulihan tergantung pada beberapa faktor, termasuk:

-Penyebab kerusakan otak,
-Lokasi kerusakan,
-Tingkat keparahan cedera,
-Usia pasien,
-Kondisi kesehatan secara umum.

Pengobatan untuk aphasia biasanya difokuskan pada membantu penderita agar dapat mandiri semaksimal mungkin. Dukungan emosional, terapi, dan metode rehabilitasi lainnya juga dapat menjadi bagian penting dari proses pemulihan.

Jika seseorang yang Anda sayangi mengalami aphasia, penting untuk memperhatikan cara Anda berkomunikasi dengannya. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu meningkatkan komunikasi di kedua arah:

1. Usahakan untuk mengurangi atau sepenuhnya menghilangkan suara latar saat berbicara.
2. Gunakan bahasa yang sederhana namun tetap sopan dan sesuai. Tidak perlu berbicara dengan nada yang merendahkan.
3. Beri mereka waktu untuk menyampaikan apa yang ingin dikatakan, dan hindari menyelesaikan kalimat mereka.
4. Manfaatkan gerakan, gambar, atau tulisan untuk memperjelas komunikasi.
5. Jangan terlalu mempermasalahkan kesalahan, tetapi berikan dukungan atas setiap keberhasilan yang dicapai.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus