Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Gizi Nasional (BGN) resmi memulai program Makan Bergizi Gratis pada Senin, 6 Januari 2025. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah salah satu upaya baik dalam menangani satu dari tiga isu kesehatan, yakni kecukupan gizi, polusi udara, dan sanitasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau saya sebagai Menteri Kesehatan, terima kasih Pak Dadan (Kepala BGN Dadan Hindayana) karena buat kami di kesehatan banyak masalah di luar kesehatan yang membuat saya senang kalau masalahnya bisa turun," kata Menkes di Jakarta, Kamis, 9 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mencontohkan selain pemenuhan nutrisi baik oleh BGN, langkah-langkah Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mengurangi polusi dapat membuat udara lebih bersih dan meningkatkan status kesehatan.
"Kalau misalnya Menteri PU, sanitasinya bersih, saya juga akan lebih senang. Infeksinya, bakterinya kurang," ujar Budi.
Dia menyebutkan penyelesaian ketiga isu kesehatan tersebut di luar otoritas pihaknya sehingga dia mengapresiasi apabila pihak-pihak lain turut berkolaborasi agar kesehatan publik dapat meningkat. Menkes mendukung pelaksanaan MBG dan apabila terdapat kekurangan dalam pelaksanaan program, hal tersebut dapat dimaklumi karena baru pertama kali dan dapat diperbaiki di kemudian hari.
Konsep makanan sehat
Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat BGN, Lalu Muhammad Iwan Mahardan, menyampaikan siswa sekolah menjadi prioritas pertama pemberian Makan Bergizi Gratis pada Januari 2025.
Sementara itu, pemengaruh kesehatan dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dr. Tan Shot Yen mengatakan pada Kamis, 8 Januari, menu yang disajikan dalam program itu dapat menggunakan panduan Isi Piringku dari Kemenkes untuk menentukan lauk dan porsi yang tepat bagi anak-anak. Tan menjelaskan dalam menjalankan program MBG pada anak-anak, pemerintah perlu memahami konsep makanan sehat. Artinya memiliki bentuk dan cita rasa yang semakin dekat dengan bentuk asli di alam.
Adapun, arti makanan seimbang yakni kebutuhan makronutrien anak dapat terpenuhi. Contohnya karbohidrat, protein, dan lemak. Dia juga menyebut perlunya memperhatikan budaya atau preferensi makan anak-anak demi mencegah risiko sampah makanan (food waste). Tan mencontohkan anak-anak di Indonesia bagian timur tidak lagi makan papeda atau sagu namun nasi kuning seperti orang Pulau Jawa.