SEORANG anah umur 5 tahun tertelentang menyerah di atas meja
operasi. Pisau yang tajam sedang menorehi dadanya. Hari itu
Selasa 29 Maret jam 09.00. Setiap bayi yang baru lahir mempunyai
Ductus Arteriosus, pembuluh yang masih terbuka. Pembuluh ini
biasanya menutup setelah si bayi lahir 15 - 48 jam. Tapi Fince
Soplantila si gadis kecil itu sampai berumur 5 tahun masih
mengidapnya. Menjelang pemeriksaan ditemukannya penyakit ini,
gejala sakitnya adalah panas, sesak nafas dan batuk-hatuk.
Waktu itu bulan Pebruari. Pasien mula-mula berada dalam
pemeriksaan dr. Makaliwe kemudian pindah tangan pada dr. Boy
Pelupessy. Dokter Boy setelah menemukan kelainan jantung Fince
lalu membicarakannya dengan dr. Santa Yota. Peyakit yang sering
disebut Persistent Ductus Arteriosus (PA) ini timbul karena
tidak tertutupnya pembuluh ductus tersebut. Akibatnya, darah
bersih dan darah kotor menyatu. Korban akan lekas capai,
batuk-batuk dan bila berlangsung terus dapat sampai
kebiru-biruan tubuhnya. Itulah sebabnya saluran ductus
arteriosus harus dipotong atau diikat. (lihat gambar)
Ilmu pengetahuan terus berkembang dan penuh denan
pengujian-pengujian untuk mendapatkan kepastian. Tantangan ini
harus diatasi. Bedah jantung macam ini baru pertama kalinya
dilakukan di wilayah Indonesia bagian Timur. Tekad tidak bisa
dibunuh. Peralatan yang tidak ada secara sempurna bukanlah
menjadi soal. Maka diperlukan bantuan dari kanan kiri, yaitu
dari Rumah Sakit Akademis, Rumah Sakit Stella Maris, Rumah
Sakit PT INCO yang sengaja menerbangkan peralatannya dari
Soroako pedalaman Sulawesi Selatan. Pemerintah Daerah pun tidak
tinggal diam.
Team segera disusun. Ketua Kehormatannya adalah dr. Sri Tajuddin
Khalid, Kepala RSU, tempat operasi berlangsung. Seluruh team
terdiri dari 14 orang ahli: penyakit anak, penyakit jantung
sinar dan lain-lain. Fihak Kanwil sendiri ikut sibuk. Biayanya
diperkirakan Rp 1 juta.
Fince adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara. Ibunya ialah
Antoinette dan bapaknya Wilhelmus Soplantila. Wilhelmus bekerja
di Dep. Keuangan Ambon yang sedang bertugas belajar di Ujung
Pandang, dengan golongan (pangkat) II. Tentu saja keluarga ini
merasa terkejut dan berat hati untuk mengoperasikan anak
tersayangnya. Satu dan lain, alasanuya adalah pasal biaya yang
dibayangkannya
Team persiapan terdiri dari dr. Boy Pellupessy, dr Nyoman Jigeh,
dr: AmilAbdullah dan dr. Chairuddin Lakare. Sedang pelaksana
pembedahan terdiri dari dr Lui Rajawane, dr John Pieters dr O.
Riuwpassa, dr Indro Mulyono. Team ini diketuai oleh dr. Santa
Yot.!. Wilhelmus Soplantila menjadi besar hatinya setelah
mendengar bahwa dokter-dokter ahli yang turun tangah banyak yang
datang dari kampungnya.
Merasa Lega
Ternyata Fince tidak hanya mengidap PDA. Dia juga didiami
penyakit Coarctatio Aorta (penyempitan batang nadi). Menghadapi
dua penyakit ini, team kemudian memohon pertimbangan Menteri
Kesehatan Prof. Siwabessy yang ikut menyaksikan dari dekat
jalannya operasi. Menkes menasehatkan agar PDA-nya yang
ditangani. Keputusan bersama pun mengatakan demikian juga. Soal
Coarctatio Aorta dapat ditunda.
Waktu operasi direncanakan akan berlangsung selama 2 jam.
Ternyata yang diperlukan hanya sekitar 1 jam 45 menit. Semua
merasa lega.
Satu minggu sudah berlangsung operasi itu. Fince sudah dapat
berjalan engan baik. Dua hari lagi sudah boleh pulang. Menurut
rencana tiap enam bulan akan dilakukan pemeriksaan khusus.
Bagaimanapun team dokter ahli berikut segala stafnya telah
menghasilkan suatu prestasi yang perlu mendapat tempat
tersendiri dalam ilmu kedokteran. Yang menjadi pertanyaan
kemudian, apakah hanya sekali ini saja melakukan operasi yang
berat? Tenaga ahli ada. Tekad tidak kering. Yang belum siap
adaIah peralatan dan pembiayaan. Peralatan dan pembiayaan
sebenarnya dapat diusahakan, apalagi Menkes ikut menyaksikan
kejadian yang memprihatinkan ini Dan Universitas Hasanuddin
yang merupakan gudang pendidikan dokter di Indonesia Timur patut
pula disebut namanya sebagai garba ilmiah sebagian besar
dokter-dokter tersebut. Bagian bedah di Unhas merupakan bagian
pendidikan keahlian pertama yang stafnya semua alumnus Unhas
sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini