Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Meski cukup populer di Indonesia, nasi sebetulnya bukanlah makanan pokok asli Indonesia. Menurut Tan Shot Yen, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, nasi adalah "makanan budaya". "Artinya, dari perjalanan prasejarah hingga era budaya bangsa Nusantara, kita dulu sebenarnya tidak makan nasi dengan bentuk yang kita kenal sekarang," ujar Yen, yang membuka klinik kesehatan Well Beings di Bintaro, Jakarta Selatan, melalui surat elektroniknya beberapa waktu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nasi yang dikonsumsi masyarakat Indonesia saat ini, menurut Yen, merupakan hasil produk rafinasi atau olahan. Ini karena bentuk awal nasi sebelum dimasak tidak lagi whole grain atau biji utuh, melainkan beras yang sudah diolah, yaitu gabah yang sudah dipisahkan dari kulitnya dengan menggunakan mesin. Proses pengolahan ini melibatkan campur tangan manusia. Karena itu, Yen menyebutnya sebagai produk rafinasi. "Makanya berbentuk putih, pulen, bahkan dengan aroma yang aneh," kata Yen. Baca:
Nasi Harus Segera Dikonsumsi, Begini Penjelasan Dokter
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bentuk nasi yang seperti itu ternyata bukanlah nasi yang baik bagi metabolisme tubuh. Bila diteliti lebih jauh, nasi yang berasal dari produk rafinasi memiliki nilai indeks glikemik (glycemic index atau kandungan glukosa) yang lebih tinggi dibanding nasi dari alam. "Itu sebabnya, nilai indeks glikemik berbagai jenis nasi punya kisaran yang sangat mengejutkan: bahkan ada yang lebih dari roti putih," kata Yen.
Akibat kandungan glukosa yang tinggi di dalam nasi rafinasi, mengkonsumsinya secara berlebihan dapat membuat metabolisme tubuh kacau dan sakit. Yen mencontohkan, penyakit diabetes dan sindrom metabolik sering menghampiri orang yang makan nasi putih berlebihan. "Itu adalah sinyal bahwa ada kesenjangan besar sekali dalam anatomi tubuh manusia, pencernaan khususnya, yang tidak berevolusi secepat evolusi makanan," kata dia. Baca: Hal ini Perlu Diwaspadai Sebelum Konsumsi Makanan
Indonesia pada 30-31 Oktober 2017 menjadi tuan rumah acara Forum Pangan Asia Pasifik. Kegiatan yang dihadiri oleh lebih dari 700 peserta dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik dihadiri oleh para menteri baik kesehatan maupun sektor lain seperti keuangan, perencanaan pembangunan, pertanian, lingkungan hidup dan perikanan. Ada pula para pelaku bisnis nasional maupun multinasional; akademisi, masyarakat sipil, dan media di kawasan Asia Pasifik.
Dengan kerjasama antar pemangku kepentingan dan keterlibatan yang luas dari sektor swasta dalam industri yang berkaitan dengan kesehatan, pangan, serta teknologi dan inovasi sistem pangan. Forum Pangan Asia Pasifik diharapkan akan mendorong meningkatnya realisasi investasi dan alih teknologi di bidang pangan dari negara-negara di kawasan kepada Indonesia.