Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Obat Pereda Nyeri Jenis NSID Berbahaya untuk Penderita Ginjal, Hati dan Awal Kehamilan

Obat pereda nyeri ialah obat yang bisa meredakan ketidaknyamanan yang disebabkan penyakit, cedera, prosedur bedah, dan kondisi kronis. Apa bahayanya?

2 Juli 2022 | 11.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi minum obat. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Obat pereda nyeri ialah obat yang dapat meredakan ketidaknyamanan yang disebabkan penyakit, cedera, prosedur bedah, dan kondisi kronis. Setiap orang mengalami rasa sakit secara berbeda. Nyeri bisa datang tiba-tiba atau dapat berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terdapat dua jenis obat pereda nyeri yaitu yang bisa didapatkan secara bebas di apotek atau disebut juga Over the counter (OTC), dan yang hanya bisa didapatkan melalui resep dokter. Namun tentunya terdapat risiko dan dampak yang timbul bila mengonsumsi obat pereda nyeri secara berlebihan. Pereda nyeri OTC relatif aman jika pengguna mengikuti petunjuk pada label.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari my.clevelandclinic.org, obat pereda nyeri jenis Acetaminophen dan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) tak boleh diminum oleh penderita penyakit ginjal atau penyakit hati. Sedangkan meminum asetaminofen lebih dari 3 ribu miligram dalam sehari juga akan menyebabkan masalah hati.

Anak-anak di bawah 18 tahun tidak boleh mengonsumsi aspirin. Ini dapat menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa yang disebut Sindrom Reye. Lebih baik menggunakan NSAID sebagai penggantinya.

Penggunaan NSAID dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Orang dengan masalah jantung atau tekanan darah tinggi sebaiknya tak mengonsumsi obat ini. NSAID juga dapat meningkatkan risiko memar, berdarah, pendarahan di lambung, reaksi kulit seperti ruam atau lecet.

Tak hanya obat OTC yang memiliki resiko penggunaan, obat pereda nyeri yang diresepkan pun memiliki resiko yang lebih tinggi daripada obat OTC. Opioid dapat membuat ketagihan dan menyebabkan penyalahgunaan zat. Oleh karena itu dokter hanya meresepkan opioid untuk penggunaan jangka pendek. Misalnya selama beberapa hari setelah operasi.

Selain itu obat pereda nyeri yang diresepkan dapat menyebabkan penglihatan kabur, sembelit, mulut kering, kelelahan, sakit kepala, insomnia, perubahan suasana hati, mual, masalah buang air kecil dan penambahan berat badan. Studi menunjukkan bahwa asetaminofen lebih aman dikonsumsi selama kehamilan. Namun, mengonsumsi NSAID atau opioid selama awal kehamilan dapat meningkatkan risiko cacat lahir pada bayi.

ANNISA FIRDAUSI 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus