Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus terbang jauh ke dalam hutan di negara kepulauan Pasifik Barat Daya, Papua Nugini, pada Minggu 8 September 2024, untuk mengunjungi umat Katolik yang tinggal di salah satu daerah paling terpencil di dunia. Dalam kunjungan itu, ia mengantarkan pasokan medis serta bantuan lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melakukan perjalanan sejauh 1.000 kilometer dengan pesawat kargo C-130 yang disediakan oleh Royal Australian Air Force, Paus Fransiskus tiba bersama rombongan kecil di Vanimo, sebuah kota berpenduduk sekitar 12.000 orang di sudut barat laut pulau utama Papua Nugini, tanpa air bersih dan listrik yang langka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paus berusia 87 tahun itu membawa ratusan kilogram barang untuk membantu mendukung penduduk setempat, kata juru bicara Vatikan Matteo Bruni. Barang-barang tersebut termasuk berbagai obat-obatan dan pakaian, serta mainan dan alat musik untuk anak-anak sekolah, kata Bruni.
Paus mengunjungi negara dengan 600 pulau itu sebagai bagian dari tur selama 12 hari di empat negara di Asia Tenggara dan Oseania, tur terlama dalam 11 tahun masa kepausannya.
Dia datang ke Vanimo atas undangan misionaris lokal dari Catholic Institute of the Incarnate Word. Mereka, seperti Paus Fransiskus yang merupakan paus pertama dari benua Amerika, berasal dari Argentina.
“Anda melakukan sesuatu yang indah, dan penting bagi Anda untuk tidak dibiarkan sendirian,” kata Paus Fransiskus kepada kerumunan, yang menurut perkiraan Vatikan berjumlah 20.000 orang, yang terdiri dari misionaris dan umat Katolik dari Vanimo dalam pertemuan di luar gedung kayu satu lantai di kota itu.
“Anda tinggal di tanah yang indah, diperkaya dengan beragam tanaman dan burung,” kata Paus. “Keindahan bentang alam diimbangi dengan keindahan komunitas dimana masyarakatnya saling mencintai”.
Pendeta Tomas Ravaioli, salah satu misionaris, mengatakan dia tidak percaya Paus benar-benar datang ke Vanimo. “Dia menepati janjinya untuk datang,” kata pendeta itu. “Kami tidak dapat mempercayainya. Di usianya, dia melakukan upaya yang sangat besar.”
Sebagai negara yang luas dengan pegunungan, hutan, dan sungai, Papua Nugini adalah rumah bagi lebih dari 800 bahasa dan ratusan suku, termasuk puluhan masyarakat yang belum pernah dihubungi.
Seperti acara-acara lainnya selama berada di negara tersebut, Paus Fransiskus disambut di lapangan di luar katedral dengan tarian tradisional dari sekelompok orang yang mengenakan hiasan kepala berbulu dan rok jerami.
Paus juga mendengar empat kesaksian dari umat Katolik setempat. Steven Abala, seorang guru awam, menggambarkan bagaimana beberapa komunitas pedesaan, yang terputus dari jalan raya, harus menunggu berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum kunjungan pendeta.
Abala menghadiahkan kepada Fransiskus hiasan kepala dengan bulu berwarna kuning dan coklat, yang kemudian dicoba oleh Paus.
Vatikan mengatakan ada sekitar 2,5 juta umat Katolik di Papua Nugini, yang populasinya diperkirakan berkisar antara 9 juta hingga 17 juta jiwa.
Negara ini telah menjadi target utama perusahaan-perusahaan internasional untuk gas, emas dan cadangan lainnya. Dalam pidatonya di depan otoritas politik pada Sabtu, Paus Fransiskus menyerukan perlakuan yang lebih baik terhadap para pekerjanya dan menyerukan diakhirinya serangkaian kekerasan etnis yang telah menewaskan puluhan orang dalam beberapa bulan terakhir.
Di Vanimo, Paus meminta umat Katolik setempat untuk berupaya “mengakhiri perilaku destruktif seperti kekerasan, perselingkuhan, eksploitasi, penyalahgunaan alkohol dan narkoba, kejahatan yang memenjarakan dan merampas kebahagiaan banyak saudara dan saudari kita”.
Sebelum menuju ke Vanimo, Paus Fransiskus merayakan Misa Minggu dengan sekitar 35.000 orang di sebuah tempat olahraga di Port Moresby, ibu kota negara. Ia mengatakan kepada masyarakat setempat bahwa meskipun mereka mungkin berpikir bahwa mereka tinggal di “negeri yang sangat jauh”, Tuhan dekat dengan mereka.
Paus akan kembali ke Port Moresby pada Minggu malam setelah menghabiskan sekitar dua setengah jam di Vanimo. Pulang pergi, Paus akan terbang sekitar 2.000 kilometer selama sekitar empat jam.
Paus Fransiskus mengunjungi Papua Nugini hingga Senin sebagai bagian dari tur pertamanya yang mencakup singgah di Indonesia. Dia melakukan perjalanan ke Timor Timur, lalu Singapura sebelum kembali ke Roma pada 13 September.
REUTERS