Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Berpuasa merupakan kewajiban bagi seluruh Muslim yang mampu menjalankannya di bulan suci Ramadan. Namun, perlu dipahami bahwa salah satu risiko yang bisa terjadi adalah hipoglikemia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hipoglikemia ialah kondisi yang terjadi ketika gula darah atau glukosa di dalam tubuh turun drastis. Umumnya, ini akan berada di kisaran angka kurang dari 70 mg/dL.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari Health Line, gula darah termasuk komponen terpenting bagi energi tubuh. Selain diproduksi secara alami oleh hati, produksi juga dibantu konsumsi makanan. Tak heran, berpuasa pun membuat risiko penurunan gula darah.
Apabila kondisi ini dibiarkan, maka tubuh yang kekurangan energi pun tidak akan bersemangat dalam menjalankan aktivitas. Adapun dalam kondisi serius, hipoglikemia bisa menyebabkan seseorang pingsan, kejang, hingga kerusakan permanen pada otak.
Untuk itu, memahami gejala dan penanganan hipoglikemia selama Ramadan patut dipahami. Melansir dari situs Mayo Clinic, beberapa tanda yang dapat menjadi acuan termasuk mudah kesemutan, mudah lapar, dan mudah lelah.
Tanda lainnya juga bisa berupa jantung berdebar, pucat, keringat dingin, pusing, dan sulit berkonsentrasi. Dalam mengatasinya, sangat dianjurkan untuk membatalkan puasa dan segera mengonsumsi sesuatu yang cepat menaikkan gula darah.
Dua makanan dan minuman yang amat disarankan permen manis atau minum jus dan minuman ringan. Biasanya, dalam waktu 15 menit, keduanya akan langsung bereaksi pada tubuh dan glukosa pun bisa kembali pada angka normal.
Namun, jika mengonsumsi sesuatu yang manis tidak juga memberikan reaksi pada kenaikan gula darah, maka sangat disarankan untuk segera berkonsultasi pada dokter. Infus cairan gula umumnya berfungsi dengan baik jika Anda mendapatkannya.