Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SERSAN Kepala Siswadi memasuki ruangan dengan senyum sumringah. Ia memperlihatkan kedua lengannya yang buntung, lalu berkelakar. "Sebentar ya, saya pakai 'tangan' saya dulu," ujarnya di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr Ramelan, Surabaya, awal Desember lalu.
Tanpa basa-basi, pria 47 tahun itu menyodorkan lengan bawahnya yang tinggal sepertiga bagian kepada Teddy, praktisi Ortho Prostethic yang bertugas di rumah sakit tersebut. Teddy menyambutnya dengan memasangkan dua tangan palsu. "Disurung sing banter ta, Ted (didorong yang kuat dong, Ted)," kata Siswadi, mencandai Teddy. Teddy tersenyum sambil menuruti keinginan Siswadi.
Siswadi mengenakan tangan bionik alias tangan robot aset Rumah Sakit Angkatan Laut Dr Ramelan itu hanya saban mengajar di Pusat Latihan Pendidikan Dasar Militer TNI Angkatan Laut di Bandar Udara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur. Pihak rumah sakit membelinya khusus untuk Siswadi.
Ia kehilangan kedua telapak tangannya pada 23 September 2014. Kala itu, bapak dua anak ini mengajar tentara pemula melempar granat di Pusat Latihan Tempur Marinir Angkatan Laut Purboyo, Malang. Tapi latihan tak berlangsung mulus. Dari 90 granat yang dilempar siswanya, ada tiga granat yang tak meledak.
Sebagai instruktur, dia bertanggung jawab mengamankan granat bapuk tersebut. Ia berjalan ke hutan, tempat semua granat dilemparkan. Tapi, blaar! Salah satu granat tersebut meledos di genggamannya.
Kedua telapak tangan Siswadi hancur seketika. Ia segera diterbangkan ke Rumah Sakit Angkatan Laut Dr Ramelan. Sepanjang delapan tahun mengajar, baru kali itu Siswadi menemukan granat yang terlambat meledak.
Awal 2015, tim dokter, asisten personal, hingga Kepala Rumah Sakit Angkatan Laut Dr Ramelan mengusulkan mendatangkan teknologi bionic hand (tangan bionik) dari Inggris untuk mengganti tangan kanan Siswadi. Usul tersebut disetujui Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Marsetio. Tangan seharga Rp 600 juta itu terpaksa diimpor karena belum diproduksi di dalam negeri.
Bernama Bionics, tangan tersebut mampu melakukan 14 gerakan dasar motorik halus, dari menggenggam benda besar dan benda kecil; menulis; memegang tas, kunci, dan sendok; membalikkan halaman buku; menerima uang kertas dan logam; sampai memegang ritsleting baju, juga mengangkat beban sampai 5 kilogram. Siswadi, yang hampir setahun bergantung pada bantuan orang lain, akhirnya mampu berdikari lagi.
Setahun berikutnya, tangan mekanik asal Jerman didatangkan untuk menyambung lengan kiri Siswadi. Harganya lebih murah, sekitar Rp 20 juta. Fungsi tangan ini tak sekompleks Bionics. Tangan bernama Otto Bock ini berperan menyeimbangkan tangan kanannya.
Namun pertemuan dengan para peneliti Universitas Diponegoro, Semarang, membuka lembaran baru dalam kehidupan Siswadi. Medio 2015, ia dan Kepala Subdepartemen Ortopedi dan Traumatologi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr Ramelan, Letkol Laut (K) dr Adi Suriyanto, SpOT, duduk dalam satu diskusi mengenai perkembangan terbaru teknologi tangan bionik di Solo, Jawa Tengah. "Kami lalu ngobrol bagaimana mengembangkan tangan bionik lokal," ujar Adi.
Alasannya, harga tangan bionik impor terlampau mahal, padahal banyak yang membutuhkan. Misalnya, di kalangan militer, jumlah anggota dan veteran yang cacat cukup banyak. "Kami berpikir bagaimana ke depan masyarakat juga bisa menjangkaunya dengan harga yang lebih murah," kata Kepala Rumah Sakit Angkatan Laut Dr Ramelan, Laksamana Pertama dr I D.G. Nalendra Djaya Iswara.
Kedua lembaga lantas bekerja sama menciptakan tangan bionik hingga terciptalah Albiondi (Angkatan Laut Bionic Undip). Harganya jauh lebih murah ketimbang bikinan luar negeri, yaitu Rp 200 juta sampai jadi prototipe. Meski harganya lebih ekonomis, jangan ragukan kemampuannya. "Sama dengan yang buatan Inggris," tutur Nalendra.
Kemampuan tangan buatan dalam negeri ini tak berbeda dengan tangan bionik asal Negeri Ratu Elizabeth. Albiondi juga mampu membantu Siswadi melakukan 14 gerakan dasar motorik halus tadi dan dapat mengangkat beban sampai lima kilogram. Hanya, komponen penggerak jari-jari Albiondi sedikit lebih lambat dibanding Bionics.
Sejak akhir November lalu, tangan itu telah menggantikan tangan mekanik buatan Jerman yang dipakai Siswadi. Kepada Tempo, Siswadi mencontohkan gerakan kedua tangannya untuk menggenggam pulpen. Ia mengenakan Bionics di tangan kanan, sedangkan Albiondi di tangan kiri. Jari-jari tangan buatan Inggris itu kompak menangkap pulpen dengan cepat.
Sedangkan tangan barunya masih lebih lambat. Gerakan jari-jarinya pun belum serempak, masih maju satu per satu. "Saya yakin nanti kalau Albiondi sudah dilepas di pasar, kualitasnya bakal sama," ujar Siswadi.
Menurut Ketua Center for Biomechanics, Biomaterial, Biomechatronic and Signal Processing Universitas Diponegoro, Rifky Ismail, proses pembuatan tangan ini tak gampang. Selain harus menyelaraskan perintah otot dan sinyal listrik ke dalam gerakan mekanik, para peneliti mesti berburu bahan di luar negeri. Sensornya dibeli dari Inggris, sedangkan motor diimpor dari Kanada. "Ke depan, motornya bisa diganti dengan produk lokal," katanya.
Setelah menelurkan produk ini, mereka berancang-ancang mengembangkan tangan bionik berbasis sinyal electroencephalography (EEG) alias gelombang otak. Tangan buatan itu nantinya tak lagi dipancing dengan gerakan otot, tapi langsung dari pikiran. Ini sangat bermanfaat bagi pasien yang tangannya lumpuh layuh, contohnya pasien kecelakaan kendaraan bermotor. Alat tersebut bisa digunakan berlatih sampai pasien bisa menggerakkan tangannya sendiri atau bahkan digunakan sehari-hari.
Artika Rachmi Farmita (surabaya)
Albiondi Vs Bionics
FUNGSI, kemampuan, dan cara kerja tangan Albiondi buatan Indonesia sama dengan tangan Bionics buatan Inggris. Hanya, Albiondi lebih berat, lamban, dan daya tahannya belum selama Bionics.
Albiondi
- Albiondi mampu melakukan 14 gerakan dasar motorik halus.
- Respons Albiondi lebih lambat.
- Berat Albiondi sekitar 800 gram (tanpa soket).
- Baterai litium Albiondi dapat diisi ulang dalam waktu 3-4 jam.
Bionics
- Bionics mampu melakukan 14 gerakan dasar motorik halus.
- Berat Bionics 500 gram.
- Baterai litium Bionics dapat diisi ulang dalam waktu 10-12 jam.
- Tangan bionik tidak boleh terkena debu dan air, sehingga sebaiknya dilapisi silicon glove.
- Tangan bionik dilarang diberi oli.
Komponen:
1. Terdiri atas dua bagian, yakni soket (cangkang) dan telapak tangan. Soket berbahan plastik, sedangkan telapak tangan terbuat dari titanium dilapisi karbon. Di dalamnya terdapat microchip beserta komponen integrated circuit (IC).
2. Otak memerintahkan gerakan ke otot tendon.
3. Otot tendon mengirimkan sinyal listrik dan ditangkap sepasang elektroda di dalam soket atau cangkang plastik yang mencengkeram lengan bawah hingga siku.
4. Sinyal diterima IC, lalu disinkronisasi menjadi gerak. Microchip yang ditanam di dalam IC itulah yang mengontrol gerakan protese.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo