Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis patologi klinik Rumah Sakit Pelni, Erlang Samoedro, mengatakan laki-laki lebih rentan terserang kanker paru sehingga perlu lebih waspada dalam menjaga gaya hidup. Ia menyebut kanker paru dan bronkus secara umum menjadi kanker kedua setelah prostat yang mengalami peningkatan kasus secara signifikan pada laki-laki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hasil kajian kami menemukan kanker paru-paru dan bronkus bahkan menjadi kanker paling mematikan bagi laki-laki dengan angka korban sebesar 76.650 jiwa atau 24 persen dari populasi laki-laki AS di tahun 2019,” jelasnya dalam webinar terkait Hari Kanker Paru Sedunia di Jakarta, Kamis, 1 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara di Indonesia, data Globocan pada 2020 menyatakan kanker paru merupakan kanker dengan angka kasus baru ketiga paling banyak di Indonesia dengan lebih dari 34.000 kasus baru. Adapun faktor pemicu penyakit tersebut tidak jauh dari gaya hidup seperti merokok yang lebih banyak dilakukan oleh laki-laki.
Risiko merokok
Erlang menjelaskan kebiasaan merokok menambah peluang risiko kanker paru 20 kali lipat dibanding yang tidak merokok. Di samping itu, beberapa pekerjaan juga rentan terhadap paparan polutan udara seperti pembangkit listrik, konstruksi, pembakaran biomassa, hingga industri. Karena itu, ia pun mengingatkan masyarakat, khususnya laki-laki, sebaiknya menghindari gaya hidup tidak sehat serta meminimalisir terpapar polutan udara.
Apabila mulai mengalami beberapa gejala seperti batuk yang semakin parah atau tidak sembuh-sembuh, suara serak, sulit bernapas seperti tersengal, nyeri dada terus-menerus, atau batuk berdarah, sebaiknya segera memeriksakan diri ke layanan kesehatan terdekat karena waktu perburukan kanker paru nonsel kecil hanya perlu memakan waktu satu hingga 1,5 tahun untuk menuju stadium lanjut, khususnya untuk ras Asia, meski angka tahan hidup memang ada peningkatan dengan penemuan obat-obat terbaru. Dengan demikian, peluang penderita kanker paru untuk sembuh lebih besar bila mendapat penanganan sedini mungkin.
Pilihan Editor: Metode Bedah Toraks Minim Sayatan, Cocok untuk Kanker Paru