Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Pakar Sebut Obat TBC Tak Berbahaya buat Ibu Hamil

Pakar menyebut obat TBC yang digunakan ibu hamil sudah aman dengan bahaya lebih kecil sehingga tak berisiko ke janin.

21 Juni 2024 | 15.31 WIB

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis respirologi anak di RSCM Jakarta, dr. Wahyuni Indawati Sp.A(K), menjelaskan obat yang digunakan ibu hamil untuk mengobati tuberkulosis atau TBC sudah aman dengan bahaya lebih kecil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Jadi obat yang dikasih ke ibu sudah diperhitungkan bahayanya ke anak dari panduan bidan atau dokter penyakit dalam. Obat ibu hamil sudah melalui penelitian sehingga bahayanya lebih kecil ketimbang manfaat yang diberikan," katanya dalam diskusi daring, Kamis, 20 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wahyuni mengatakan tuberkulosis yang diderita ibu bisa menular ke anak, tergantung waktu terinfeksinya. Jika TBC mengenai paru maka akan menular dari ibu ke anak saat lahir. Namun jika kuman TBC masuk ke pembuluh darah, ditakutkan bayi bisa terinfeksi sejak dalam kandungan karena adanya hubungan ibu dan janin melalui plasenta.

Macam pemeriksaan pada anak
Ia mengatakan secara umum kemampuan penularan TBC oleh anak ke lingkungan sekitar termasuk kecil karena kuman lebih sedikit. Pada anak yang bukan TBC berat kemampuan batuknya juga berbeda dari dewasa sehingga kemampuan menular lebih rendah.

"Tapi anak 0-18 tahun semakin besar, biasanya TBC-nya lebih menyerupai TBC dewasa. Kalau lebih dari 10 tahun peluang penularan lebih tinggi. Kalau anak yang lebih muda tapi kumannya ketemu positif, dia juga cukup infeksius untuk lingkungan," paparnya.

Untuk mengetahui TBC pada anak, ada beberapa pemeriksaan seperti dahak karena 90 persen kuman masuk melalui saluran napas. Selain itu, ada pemeriksaan tes cepat molekuler yang bisa mengidentifikasi kuman kecil sehingga bisa melihat bakteri pada anak yang sulit mengeluarkan dahak. Pada pemeriksaan penunjang lain bisa dilakukan imunopatologi untuk memeriksa respons tubuh terhadap kuman dan tes mantoux.

"Kalau mantoux kita akan suntik seperti BCG di bawah kulit. Nanti setelah dua hari dilihat apakah ada respons atau tidak. Kalau ada respons biasanya timbul seperti bentol yang ukurannya lebih dari 1 centimeter," ucapnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus