Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis bedah konsultan onkologi di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta , Diani Kartini, mengatakan pemberian ASI eksklusif selama dua tahun dapat mengurangi risiko kanker payudara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Orang yang tidak menyusui, tidak ada anak, itu merupakan faktor risiko kanker payudara. Minimal memang pemberian ASI dua tahun, itu yang ASI eksklusif,” kata Diani dalam diskusi daring mengenai tumor payudara, Rabu, 16 Oktober.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan ibu yang tidak bisa menyusui anaknya secara langsung atau yang tidak menikah dan tak punya anak berisiko lebih besar terkena kanker payudara dibanding yang menyusui. Hal itu merupakan faktor risiko yang tidak bisa dicegah selain faktor genetik, usia, dan jenis kelamin. Namun hal itu bisa diminimalkan dengan pola hidup sehat yang bisa mengendalikan faktor risiko.
“Misalnya pola makan, kemudian lifestyle, itu yang bisa kita kendalikan. Tapi kalau tidak punya anak, kemudian usia, jenis kelamin, faktor keturunan, itu faktor risiko yang kita tidak bisa kendalikan,” jelasnya.
Kenali jenis benjolan
Ia juga mengatakan benjolan bisa muncul setelah selesai memberikan ASI eksklusif dan hal itu bisa dikaitkan dengan ASI yang menggumpal atau potensi adanya tumor. Ia menyarankan untuk selalu memeriksa keadaan payudara meski dalam masa hamil maupun menyusui dengan meraba.
Jika ditemukan benjolan namun bergerak-gerak saat dipegang, kemungkinan termasuk tumor jinak. Namun jika diraba benjolan tidak bergerak, dia menyarankan untuk memeriksakan diri ke dokter karena dikhawatirkan sebagai tanda kanker payudara.
“Makanya harus ada pemeriksaan tambahan, yaitu pemeriksaan penunjang, USG, mamografi, dan sebagainya,” saran Diani.
Selain benjolan, tanda lain kanker payudara yang perlu diwaspadai adalah puting yang tertarik ke dalam atau kulit di area payudara berkerut seperti kulit jeruk. Sementara tanda menuju keganasan yakni nyeri pada tulang belakang, sesak napas, dan batuk.