Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pembagian daging kurban kerap menjadi kegiatan yang menimbulkan sampah plastik karena penggunaan kantong plastik. Memang, beberapa tahun belakangan, sejumlah komunitas mulai menghindari pengemasan daging kurban dengan kantong plastik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka beralih ke berbagai bahan lain yang lebih ramah lingkungan. Nyatanya, bahan-bahan itu tidak sulit juga ditemukan karena memang sesungguhnya sudah lama menjadi kearifan lokal Indonesia, diantaranya adalah besek bambu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari greeneration.org, sebagai negara pengekspor bambu terbesar ketiga di dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri bambu yang berkelanjutan. Di Indonesia, terdapat 176 spesies bambu dari total 1620 spesies yang ada di dunia. Tanaman ini umumnya tumbuh secara liar, dan hanya 25.000 hektar dari satu juta hektar yang dikelola sebagai hutan atau kebun bambu.
Keunggulan besek bambu sebagai pembungkus daging kurban
Menghambat pertumbuhan bakteri
Dilansir dari titipku.com, menggunakan besek bambu untuk mendistribusikan daging kurban memiliki manfaat penting dalam menghambat pertumbuhan bakteri pada daging. Daging yang dibungkus dengan plastik cenderung memicu pertumbuhan bakteri lebih cepat, terutama bakteri anaerob yang berkembang biak dalam kondisi kurang oksigen.
Sebaliknya, besek bambu memiliki celah-celah yang memungkinkan sirkulasi udara, sehingga mengurangi kemungkinan pertumbuhan bakteri. Sirkulasi udara yang baik ini membantu menjaga kesegaran daging lebih lama dan membuatnya lebih aman untuk dikonsumsi.
Lebih ramah lingkungan
Besek bambu juga merupakan pilihan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan plastik. Selain aman digunakan untuk membungkus makanan, besek bambu tidak berbahaya bagi lingkungan jika dibuang setelah digunakan.
Bahan ini eco-friendly karena dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan menggunakan besek bambu, dapat berkontribusi dalam mengurangi limbah plastik yang sulit terurai dan sering mencemari lingkungan.
Mendukung keberlanjutan industri bambu
Menggunakan besek bambu sebagai wadah daging kurban mendukung industri bambu yang berkelanjutan. Bambu adalah sumber daya alam yang cepat tumbuh dan mudah diperbaharui, sehingga pemanfaatannya tidak menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan.
Dengan memilih besek bambu, dapat turut mendukung ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan para pengrajin bambu. Ini juga mendorong pemanfaatan sumber daya alam yang terbarukan, mengurangi ketergantungan pada bahan yang tidak ramah lingkungan seperti plastik.
Tahan lama
Dikutip dari bisnismuda.id, besek bambu memiliki kekuatan dan daya tahan yang cukup baik untuk digunakan sebagai wadah pengangkutan. Meskipun terbuat dari bahan alami, besek bambu cukup kuat untuk menahan berat daging kurban dan memastikan isinya tetap aman selama proses distribusi.
Selain itu, besek bambu tahan terhadap kelembaban, sehingga dapat menjaga daging tetap segar lebih lama. Ini menjadikannya pilihan yang praktis dan andal untuk mengemas dan mendistribusikan daging kurban, memastikan bahwa daging sampai ke tujuan dalam kondisi baik.
Tradisional dan Estetik
Besek bambu memiliki nilai estetis yang tinggi dan mencerminkan kearifan lokal serta budaya tradisional Indonesia. Menggunakan besek bambu dalam distribusi daging kurban memberikan sentuhan khas dan unik, yang tidak hanya fungsional tetapi juga memiliki nilai budaya.
Hal tersebut bisa meningkatkan apresiasi terhadap produk-produk lokal dan tradisional, serta memperkuat identitas budaya Indonesia. Besek bambu juga dapat menambah kesan alami dan tradisional yang sering kali dihargai dalam konteks acara-acara keagamaan dan budaya.
Pilihan editor: 6 Keunggulan daun Pisang Sebagai Pembungkus Daging Kurban