Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pentingnya Pemeriksaan Urine dan Darah Demi Ginjal Sehat

Cara memastikan ginjal sehat adalah dengan melakukan pemeriksaan urine dan kadar kreatinin dalam darah.

12 Januari 2023 | 20.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi ginjal. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Prof Dr dr Endang Susalit, Sp.PD, KGEH mengatakan cara memastikan ginjal sehat dengan melakukan pemeriksaan urine dan kadar kreatinin dalam darah. "Ambil darah atau dengan pemeriksaan urine, ada protein yang bocor, diperiksa melalui mikroskop melihat zat-zat yang seharusnya tidak ada seperti sel darah merah," kata dia dalam acara "Grand Launching Transplantasi Ginjal Siloam Hospitals ASRI" di Jakarta, Kamis 12 Januari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada beberapa ciri khas kondisi ginjal mengalami penurunan fungsi. Endang yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia itu menuturkan, bila kadar kreatinin dalam darah normal, kemudian tak ditemukan zat bukan seharusnya di urine, maka ginjal dapat dikatakan normal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), pemeriksaan darah dilakukan untuk memastikan fungsi ginjal berjalan baik. Tes darah kreatinin serum mengukur jumlah kreatinin dalam darah. Jika ginjal seseorang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka kadar kreatinin serum naik.

Tingkat normal ginjal pada seseorang akan bergantung pada jenis kelamin, usia, dan jumlah massa otot yang dimiliki tubuhnya. Selain tes darah kreatinin, ada juga pemeriksaan filtrasi glomerulus (GFR) untuk melihat seberapa baik ginjal membuang limbah, racun, dan cairan ekstra dari darah.

Pemeriksaan urine juga bisa melihat masalah kesehatan lain. Misalnya pemeriksaan urine dilakukan untuk mencari albumin atau protein yang diproduksi hati dalam urine. Salah satu tanda awal penyakit ginjal yakni ketika protein bocor ke dalam urine atau disebut proteinuria.

Menurut CDC, orang-orang dengan diabetes termasuk yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit ginjal kronik sehingga dokter umumnya merekomendasikan mereka melakukan pemeriksaan fungsi ginjal. Ini merupakan suatu kondisi ginjal menjadi rusak dari waktu ke waktu dan tidak dapat menyaring darah sebagaimana mestinya.

Endang mengatakan penyakit ginjal kronik saat ini menjadi masalah kesehatan di Indonesia dengan angka prevalensi sekitar 10 persen pada orang dewasa.

Menurut dia, kondisi ini bila tidak dapat diatasi dengan pengobatan dan diet rendah protein akan berakhir dengan gagal ginjal yang menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien yang pada umumnya memerlukan pengobatan pengganti ginjal, yaitu dialisis atau transplantasi ginjal.

“Dapat dikatakan bahwa transplantasi ginjal merupakan terapi gagal ginjal paling ideal karena bisa mengatasi permasalahan akibat penurunan fungsi ginjal, tidak seperti dialisis yang hanya dapat mengatasi sebagian masalah saja,” kata dia.

Baca: Kenali 5 Tanda Awal Penyakit Batu Ginjal, Berikut yang Tidak Boleh Diabaikan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus