Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aktris dan sutradara Elizabeth Banks baru-baru ini mengaku terserang herpes zoster atau yang dikenal juga sebagai cacar api. Dilansir dari USA Today, 24 Maret 2025, ia pun menggambarkan kondisinya dengan dua kata, "Tidak menyenangkan." Apa sebenarnya herpes zoster dan berapa lama bisa berlangsung?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cacar api atau herpes zoster adalah infeksi virus yang disebabkan virus varicella zoster, virus yang sama penyebab cacar air, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Orang yang pernah terserang cacar air lebih berisiko mengalami cacar api.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah penderita sembuh dari cacar air, virus masih menetap di tubuh meski tidak aktif dan bisa kembali aktif beberapa tahun kemudian, menyebabkan cacar api, kata CDC. Tanda dan gejalanya meliputi:
-Rasa sakit, gatal, dan kesemutan
-Ruam yang perih dengan luka seperti melepuh
-Demam
-Sakit kepala
-Menggigil
-Sakit perut.
Kondisi ini bisa berlangsung 3-5 minggu, menurut Johns Hopkins, dengan ruam yang biasanya melepuh selama 7-10 hari dan hilang dalam 2-4 minggu.
Apa Komplikasi Cacar Api?
Cacar api bisa menyebabkan ensefalitis atau sindrom Ramsay Hunt, menurut CDC. Ensefalitis adalah peradangan otak yang bisa dipicu infeksi virus, peradangan autoimun, infeksi bakteri, dan gigitan serangga, menurut Mayo Clinic. Sedangkan sindrom Ramsay Hunt terjadi ketika kondisi herpes zoster mempengaruhi saraf wajah di dekat salah satu telinga, sering menyebabkan kelumpuhan wajah dan kehilangan pendengaran.
Virus juga bisa menyebabkan komplikasi lain seperti neuralgia pascaherpes, kondisi nyeri saraf jangka panjang yang bisa terjadi selama berbulan-bulan atah bahkan tahunan, meski ruam sudah hilang. Komplikasi lain termasuk pneumonia dan kehilangan pendengaran.
Ruam pada penderita herpes zoster yang disebabkan oleh virus varicella zoster. Foto: NHS
Apakah Cacar Api Menular?
CDC menyatakan cacar api tidak menular tapi virusnya bisa bertransmisi dan menyebabkan cacar air pada orang yang tak pernah mengalami penyakit ini atau tak pernah divaksin. Virus bisa bertransmisi melalui kontak langsung dengan cairan dari ruam atau lepuhan. Untuk menghindarinya, CDC menganjurkan:
-Menutupi ruam
-Hindari menyentuh ruam
-Sering mencuci tangan.
CDC juga menyarankan orang yang berusia di atas 50 tahun untuk mendapatkan dua dosis vaksin Shingrix untuk mencegah cacar api dan komplikasinya.
Siapa yang Berisiko Tinggi?
Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Sukamto Koesnoe mengatakan perempuan sebagai salah satu kelompok yang berisiko terkena cacar api terkait usia lebih panjang hingga faktor emosional.
“Pertama, perempuan itu usianya lebih panjang sehingga lebih banyak (terjangkit). Berikutnya, kita percaya perempuan lebih emosional,” ujarnya Sukamto dikutip dari Antara, 20 Maret 2025.
Emosi perempuan berpengaruh pada sistem imun, misalnya stres, cemas, sedih sehingga menyebabkan keseimbangan kekebalan tubuh yang berhubungan dengan imunitas. Selain itu, faktor hormonal pada perempuan menjelang atau setelah menstruasi memicu turunnya imunitas sehingga mudah sakit. “Itu juga berhubungan dengan fluktuasi hormonal tadi, juga meningkatkan risiko perempuan lebih mudah sakit,” jelas Sukamto.
Menurutnya, perempuan secara genetik memang memiliki kekebalan yang lebih rentan terhadap reaktivasi virus herpes zoster sehingga vaksinasi cacar api sebaiknya dilakukan sebagai upaya pencegahan.
Fakta Lain Herpes Zoster
Berikut 10 fakta yang perlu diketahui tentang herpes zoster, menurut CDC.
-Herpesviridae berasal dari herpein, kata Yunani yang berarti merayap dan mengacu pada penyebaran lesi kulit terkait beberapa virus herpes, termasuk herpes zoster.
-Virus herpes tidak bertahan lama di luar inang sehingga penularan biasanya butuh kontak dekat. Virus ini juga dapat ditularkan melalui udara, batuk, dan bersin.
-Herpes dapat menyebabkan infeksi laten di dalam jaringan spesifik yang unik untuk setiap virus. VZV menetapkan latensi seumur hidup di saraf kranial dan ganglia akar dorsal.
-Herpes zoster telah dikaitkan dengan penyakit Crohn dan iritasi usus, juga telah diidentifikasi sebagai faktor risiko serangan jantung dan stroke. Selain itu, diabetes telah diakui sebagai faktor risiko mandiri untuk herpes zoster dan salah satu komplikasinya yang paling serius neuralgia pascaherpetik.
-Neuralgia posterpetik (PHN) adalah komplikasi yang paling umum dari herpes zoster. PHN adalah nyeri yang menetap di area yang pernah mengalami ruam selama lebih dari 90 hari setelah timbulnya ruam.
-Risiko orang mengalami PHN setelah herpes zoster meningkat seiring bertambahnya usia. Lansia cenderung merasakan sakit yang lebih lama dan lebih parah.
-Orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh lebih bisa mengalami komplikasi dari herpes zoster. Mereka lebih mungkin mengalami ruam parah yang berlangsung lama dan terserang herpes zoster diseminata.
-Vaksin zoster rekombinan (RZV, Shingrix) adalah vaksin yang direkomendasikan untuk mencegah herpes zoster dan komplikasinya.
-Lesi herpes zoster aktif menular melalui kontak langsung dengan cairan vesikular sampai mengering dan mengeras. Orang dengan lesi herpes zoster aktif harus menutupi lesi dan menghindari kontak dengan orang yang rentan sampai lesi kering dan berkerak.
-Herpes zoster lebih jarang terjadi pada ras kulit hitam (setidaknya 50 persen) daripada kulit putih.
Pilihan Editor: Pakar Ungkap Kelompok yang Berisiko Tinggi Terkena Herpes Zoster