Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis Kasandra A. Putranto menjelaskan peran penting keluarga dalam upaya mencegah pernikahan usia dini, yang selain mendatangkan manfaat juga dapat menimbulkan masalah. Pernikahan dini dapat diikuti kehamilan di usia muda dan bisa menimbulkan risiko kesehatan reproduksi pada perempuan, konflik pernikahan yang berujung perceraian, serta masalah psikologis yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang positif cenderung memiliki wawasan yang lebih luas mengenai persiapan pernikahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang positif cenderung memiliki pandangan yang lebih baik tentang pentingnya kesiapan fisik, mental, dan finansial dalam menjamin kualitas pernikahan," katanya.
Menurutnya, penting bagi keluarga untuk menghadirkan lingkungan yang sehat serta mengajarkan prinsip dan norma tentang pernikahan pada anak usia remaja. Ia mengatakan orang tua sebaiknya memberikan bekal pengetahuan yang tepat agar setelah tumbuh dewasa anak bisa mengambil keputusan bijak tentang pernikahan.
"Orang tua harus memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan yang lebih baik, termasuk pendidikan akademik dan pendidikan seksual, untuk membantu anak memahami reproduksi, hubungan, dan konsekuensi pernikahan dini," paparnya.
Risiko pernikahan dini
Kasandra menjelaskan perempuan yang menikah pada usia muda lebih berisiko mengalami keguguran, komplikasi sampai kematian saat melahirkan karena organ-organ tubuh belum sepenuhnya siap untuk hamil dan melahirkan. Dia juga mengutip hasil penelitian yang menunjukkan perempuan yang menikah muda lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan gangguan suasana hati karena merasa kehilangan sebagian kesenangan masa remajanya.
"Pernikahan dini sering kali mengakibatkan hilangnya hak-hak anak, seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk hidup bebas dari kekerasan, dan hak untuk dilindungi dari eksploitasi. Anak-anak yang menikah dini sering kali terpaksa mengambil tanggung jawab yang seharusnya tidak mereka hadapi," katanya.
Karena itu, orang tua perlu mengajarkan pengetahuan tentang nilai-nilai tanggung jawab, komitmen, dan etika dalam hubungan agar anak-anak bisa menghargai diri sendiri dan orang lain serta membuat keputusan yang lebih bijak dalam hidup. Menurutnya, orang tua juga perlu memberikan dukungan finansial untuk pendidikan agar anak bisa menuntaskan pendidikan serta menjalani karir dengan baik sebelum memikirkan pernikahan. Pendidikan yang tepat dan lingkungan yang positif dinilai dapat membantu anak berpikir logis dalam menyikapi risiko-risiko yang dapat muncul akibat pernikahan pada usia muda.