Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Psikolog Minta Remaja Tak Menikah Muda, Ini Alasannya

Remaja dianjurkan tidak menikah muda karena di usia tersebut tugas mereka adalah mengembangkan konsep diri yang positif.

8 Oktober 2024 | 22.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi pernikahan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis anak dan remaja Reti Oktania meminta remaja tidak menikah muda karena perlu mengenali lima konsep diri masing-masing, mulai dari kompetensi skolastik hingga tingkah laku, sebagai bekal menuju tahap dewasa nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kenapa anak usia remaja tidak dianjurkan menikah? Karena di usia tersebut tugas mereka adalah mengembangkan konsep diri yang positif," kata Reti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lulusan Universitas Indonesia itu menambahkan remaja harus tahu ia memiliki kompetensi di mana ada lima konsep diri yang harus mereka ketahui dan kembangkan. Lima konsep diri yang perlu diketahui dan dikembangkan anak serta remaja untuk membantu saat dewasa yaitu kompetensi skolastik, penerimaan sosial, kompetensi atletik, penampilan diri, dan tingkah laku.

"Ketika remaja telah menginjak usia dewasa, mereka sudah siap untuk bertanggung jawab atas pilihan masing-masing, termasuk menikah, karena sudah dibekali lima konsep diri yang telah dilakukan sebelumnya," ujarnya.

Sebaliknya, remaja dengan pernikahan dini umumnya belum mengenali konsep diri dengan tepat sehingga berdampak saat telah menjadi orang tua. 

"Otak depan manusia baru matang di usia 24 atau 25 tahun. Otak depan itu berfungsi sebagai decision making untuk mengambil keputusan bertanggung jawab. Makanya banyak orang tua yang belum siap tapi sudah punya anak. Kalau dia menikah, dia enggak punya lagi kesempatan olahraga, main sama teman sebaya karena langsung dikasih tugas menikah," jelas anggota Ikatan Konselor Menyusui Indonesia itu.

Faktor ekonomi dan pendidikan rendah
Ada dua faktor utama terjadinya pernikahan dini, baik pada remaja maupun anak, yaitu masalah ekonomi dan kurangnya akses pendidikan. Di Indonesia, kasus pernikahan dini masih banyak terjadi, terutama di pelosok daerah, karena dua masalah utama itu.

Karena itu, Reti menilai perlu adanya andil berbagai pihak untuk memutus rantai pernikahan dini di Indonesia, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga orang tua, dalam memberikan akses pendidikan serta informasi yang diperlukan bagi anak dan remaja demi masa depan yang lebih baik.

"Pendidikan seksual dan seberapa siap mental mereka untuk menikah juga perlu dijelaskan. Pemerintah juga perlu memperhatikan kesejahteraan ekonomi, pemerataan pendidikan, dan akses informasi bagi masyarakat agar bisa memutus rantai pernikahan dini," kata salah satu pendiri The Little Wisdom itu.

Reti pun berpesan agar para remaja dan anak Indonesia dapat mengembangkan potensi diri semaksimal mungkin tanpa perlu menikah muda. Dengan begitu, mereka dapat meraih masa depan yang lebih baik dan semakin mencintai diri sendiri.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus