Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2016, stroke menempati peringkat ke-2 sebagai penyakit tidak menular penyebab kematian di seluruh dunia. Para tenaga kesehatan pun sering menghubungkan penyebab stroke dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayangnya, masih banyak keluarga pasien hipertensi yang mengeluh tentang ketaatan meminum obat darah tinggi namun tetap mengidap stroke. Spesialis saraf Eka Harmeiwaty mengatakan bahwa ini disebabkan oleh variasi tekanan darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dalam keseharian tekanan darah bervariasi karena dipengaruhi oleh pola sirkadian. Aktivitas fisik dan keadaan emosional juga akan mempengaruhi variasi tekanan darah,” katanya.
Tak heran, Eka pun mengimbau agar pasien hipertensi melakukan pengecekan tekanan darah secara berkala. Pengukuran dilakukan sendiri di rumah, yang disebut Pengukuran Tekanan Darah di Rumah (PTDR).
“PTDR sangat mudah dilakukan, apalagi menggunakan alat ukur digital. Selain untuk mengetahui variasi tekanan darah, PTDR sangat berguna untuk menegakkan diagnosis hipertensi, terutama guna mendeteksi hipertensi jas putih atau hipertensi palsu, dan deteksi hipertensi terselubung,” katanya.
Hipertensi palsu ditandai dengan tingginya tekanan darah pada pengukuran di klinik atau rumah sakit, namun pada hasil PTDR rata-rata tekanan darahnya normal yaitu ≤ 135/85 mm Hg. Sedangkan hipertensi terselubung adalah keadaan tekanan darah normal saat diukur di klinik, namun pemantauan di rumah rata-rata > 135/85 mmHg.
Dalam upaya pencegahan stroke, Eka berharap agar pasien bisa menargetkan tekanan darah pagi hari dengan PTDR adalah < 135/85 mmHg. Pengecekan sendiri, sebaiknya dilakukan pada pagi dan malam hari.
“Pada pagi hari dilakukan 1 jam setelah bangun tidur, pasien telah buang air kecil, sebelum sarapan, dan sebelum minum obat. Bila melakukan olahraga harus beristirahat dulu selama 30 menit,” katanya.
Sedangkan pada malam hari pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum tidur. Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal dua kali setiap pemeriksaan dengan interval 1-2 menit.
“Untuk diagnosis hipertensi diambil dari rerata dari hasil pengukuran kedua pemeriksaan dalam waktu minimal 3 hari atau lebih (sangat dianjurkan selama 7 hari) yang berurutan,” jelasnya.
Selama pengukuran, Eka juga meminta agar yang bersangkutan tidak berbicara atau mengobrol dan sangat dianjurkan menggunakan alat pengukur yang tervalidasi.
“Pengukuran dilakukan di lengan, bukan di pergelangan tangan kecuali untuk orang dengan obesitas dan bila tidak tersedia ukuran cuff yang sesuai,” tuturnya.