Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Perbedaan Tren Konsumsi Suplemen Sebelum dan Pasca Pandemi Covid-19

Apa kira-kira perbedaan tren konsumsi suplemen sebelum dan sesudah pandemi Covid-19?

30 Oktober 2023 | 00.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia (APSKI) Decky Yao mengatakan pandemi membuat semakin banyak orang yang sadar tentang pentingnya suplemen kesehatan. Saat pandemi, ia mengatakan orang cukup fokus meningkatkan kekebalan tubuh karena takut terkena virus corona. 
 
“Saat pandemi fokusnya orang-orang adalah agar bisa meningkatkan kekebalan tubuh, rata-rata yang dicari itu Vitamin C, Vitamin D, Zink, multivitamin dan masih sejenisnya,” kata Decky Yao pada Konferensi Pers Ulang Tahun APSKI ke-25 Rabu 25 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika masa Pandemi Covid-19 berakhir, kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi suplemen tidak hilang. Masyarakat masih cukup fokus dalam meningkatkan imun tubuh. Beberapa suplemen yang kerap dibeli masyarakat adalah vitamin C, vitamin D. "Terutama vitamin yang fungsinya untuk meningkatkan kekebalan tubuh,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Walau begitu, ia melihat semakin longgarnya masyarakat dalam menjaga protokol kesehatan. 

Dewan Pembina APSKI Patrick Kalona menambahkan bahwa masyarakat semakin aktif dengan beragam aktivitas mereka pasca pandemi. Tidak adanya larangan dalam pengaturan jarak seperti pada masa panndemi, membuat semakin banyak masyarakat yang kembali pada aktivitas mereka seperti melakukan kegiatan sosial, berinteraksi, travelling, dan kegiatan-kegiatan yang memerlukan performa baik.

Dalam hal suplemen, akhirnya masyarakat lebih banyak memiliki suplemen yang bisa mendukung kegiatan mereka. "Suplemen yang mendukung kegiatan dem performa tubuh," kata Patrick. Ia menambahkan bahwa kebanyakan masyarakat yang mencari suplemen tambahan biasanya berasal dari golongan usia produktif. 

Chairman of Japan Alliance of Health Foods Association (JAOHFA), Masafumi Hashimoto menambahkan kondisi yang ada di Jepang. Di negara asalnya itu, kata Masafumi, orang saat ini suplemen yang fokus pada menjaga kesehatan mental. "Hal itu berbeda dengan suplemen yang banyak dicari saat pandemi, yaitu suplemen untuk cegah sindrom metabolic," katanya.

Professor for Healty Aging University Medical Center Groningen, Manfred Eggersdorfer, mengatakan pandemi membuat peran suplemen semakin terlihat. Orang memang semakin paham untuk terus menjaga kesehatan tubuhnya. Salah satu suplemen yang semakin populer adalah vitamin C. Maklum suplemen jenis itu bisa menambah daya tahan tubuh seseorng. 

Walau begitu, Manfred Eggersdorfer mengingatkan bahwa konsumsi suplemen orang Indonesia masih rendah dibandingkan beberapa negara lain seperti Cina dan New Zealand. "Konsumsi vitamin di Tiongkok mencapai 200 miligram per hari, sedangkan orang Indonesia  masih 75 - 90 miligram per hari," katanya. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus