Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan meminta jemaah haji menjaga kesehatan selama berada di Arab Saudi dengan cuaca panas, terutama minum obat secara teratur. Kepala Puskes Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo, menyebutkan secara rutin pihaknya memonitor kesehatan jemaah haji yang memiliki riwayat penyakit atau komorbid seperti hipertensi, diabetes, dan jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat memonitor, petugas kesehatan akan mengecek tekanan darah. Jemaah juga harus minum obat secara teratur. Liliek mengatakan sudah mengimbau jemaah haji agar minum obat dan membawa obat rutin pribadi ke Tanah Suci sejak masih di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jadi, kami anjurkan sejak saat menjelang berangkat. Kami sudah sampaikan semua ke petugas kesehatan, pokoknya jangan lupa jemaah yang sudah rutin minum obat untuk membawa obat rutinnya selama kebutuhan 40 hari di Tanah Suci,” kata Liliek.
Menurutnya, minum obat teratur diharapkan dapat mengendalikan komorbid. Dalam kondisi darurat, jemaah haji yang lupa dan tidak membawa obat pribadi, Kemenkes menyediakan obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Rinciannya sebanyak 2.872 koli untuk obat, sedangkan perbekalan alat kesehatan habis pakai sebanyak 1.826 koli. Totalnya, 4.710 koli atau seberat 62,3 ton dibawa dari Indonesia.
Namun demikian, obat-obatan tersebut belum tentu cocok untuk jemaah sehingga dianjurkan membawa yang sesuai dengan kebutuhan sendiri. Liliek juga mengingatkan kepada seluruh jemaah haji agar makan dan minum teratur. Menurutnya, jemaah haji bisa saja melakukan banyak aktivitas ibadah haji di Tanah Suci sehingga lupa makan dan minum.
Bawa bekal makanan
Selain itu, dia mengatakan cukup istirahat juga penting untuk kelangsungan ibadah haji. Dia menambahkan, aktivitas di luar ruangan dengan durasi panjang perlu diperhatikan oleh jemaah haji, terutama bagi yang tidak sempat membawa bekal makan dan minum. Apabila disepelekan, bahkan sampai lupa makan dan minum, mereka bisa jatuh sakit.
“Kalau aktivitas berkepanjangan di luar, makanan itu tersedia di hotel, bukan di luar. Ada katering di hotel. Orang yang sudah pernah atau sering ke sana pasti banyak membawa bekal, bawa kurma. Misalnya, mau salat Dzuhur sampai Ashar di masjid, dia sudah siap bawa bekal,” paparnya.
Selama menjalankan ibadah haji, jemaah perlu menyesuaikan diri dalam menghadapi cuaca panas. Menurutnya, cuaca di Arab Saudi berbeda dengan di Indonesia. Di Indonesia, suhu paling panas sekitar 36 derajat Celsius sedangkan di Arab Saudi berkisar 41 derajat Celsius.
“Paling panas di sana sekitar jam 3 dan 4 siang. Cuaca paling dingin itu jam 6 pagi. Sekarang 26 derajat Celsius kalau pagi di sana. Nanti musim haji, semakin lama semakin panas. Tahun lalu di masa Arafah, cuacanya sampai 50 derajat Celsius, rata-rata biasanya 47 derajat Celsius,” jelasnya.
Jika harus keluar, Liliek berpesan agar memakai alat pelindung diri. Selain itu, jangan lupa minum air putih 250 mililiter atau satu gelas setiap satu jam.
“Pakai payung, pakai topi besar kalau ibu-ibu, pakai kacamata hitam, pakai masker, bawa semprotan air. Kalau terasa kering, disemprot supaya tidak kena heatstroke dan minum air. Tapi kalau dia minum sekaligus biasanya sering buang air kecil, cari toiletnya jauh, susah. Makanya, kami ingatkan setiap 10 atau 15 menit, minumlah seteguk air supaya tenggorokan, kerongkongan tidak kering," pesannya.
Selain cuaca panas, kelembaban udara di Arab Saudi terbilang rendah. Karena itu, jemaah haji diingatkan untuk minum air putih sebelum haus. Jadi, mereka sebaiknya tidak menunggu haus untuk minum air putih. Demi menjaga cairan tubuh stabil, minum air putih dicampur oralit dapat menjadi pilihan yang bagus. Terlebih, batuk dan pilek sering dialami jemaah haji lantaran perubahan suhu dan cuaca.