Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Pesona Kain Tenun Sengkang yang Ringan dan Kaya Warna

Tekstur yang ringan serta warna yang kaya membuat kain tenun Sengkang dapat dijadikan pakaian modern untuk sehari-hari.

17 April 2020 | 10.30 WIB

Pengrajin menunjukkan kain sutera yang siap untuk dipasarkan di rumahnya di Desa Sempangge, Sengkang, Wajo, Sulsel, 7 Mei 2015. Motif tenun sutra Bugis salah satunya adalah motif kuno cobo yang berbentuk runcing atau berupa corak kotak-kotak lebar. TEMPO/Iqbal Lubis
Perbesar
Pengrajin menunjukkan kain sutera yang siap untuk dipasarkan di rumahnya di Desa Sempangge, Sengkang, Wajo, Sulsel, 7 Mei 2015. Motif tenun sutra Bugis salah satunya adalah motif kuno cobo yang berbentuk runcing atau berupa corak kotak-kotak lebar. TEMPO/Iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Tenun Sengkang yang berasal dari Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, menjadi salah satu jenis kain yang paling diburu pencinta wastra Nusantara. Berbeda dengan tenun umumnya, kain tenun Sengkang lebih ringan dan lembut karena terbuat dari benang sutra. Warnanya pun kaya dengan motif yang beragam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kain ini muncul dalam program Belajar dari Rumah TVRI untuk kelas 4-6 SD. Anak-anak diajak mengenal kain tersebut mulai dari sejarah, filosofi, proses pembuatan, warna, hingga motifnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tekstur yang ringan serta warna yang kaya membuat kain ini dapat dijadikan pakaian modern untuk sehari-hari. Tak sedikit desainer yang mengolah kain tenun Sengkang dalam karyanya, Elga Naldy adalah salah satunya. Elga, yang mendirikan brand ElgaandRina bersama sahabatnya, Rina Saud, mengangkat kain ini dalam koleksi 2019.

Koleksi fashion ElgaandRina. dok. PR

Pemilihan kain tenun ini menurut Elga karena warna-warna dan corak kain tenun Sengkang lebih berani dan beragam, seperti merah, oranye, dan hijau, dengan motif garis, bunga, dan sebagainya. Ia memadukannya dengan material modern.

“Ini sebenarnya ajakan dari sahabat saya untuk membuat merek yang lebih menonjolkan tenun yang dikombinasi dengan bordir dan lace dari luar negeri," ujar Elga saat itu.

Rina Saud menambahkan, dulu kebanyakan orang malas untuk mengenakan tenun sebagai busana harian karena bahannya dianggap terlalu tebal dan panas, tetapi sekarang sudah berubah.

“Dengan inovasi, perkembangan pengetahuan, dan pembinaan yang disampaikan oleh berbagai pihak, saat ini penenun telah memahami soal penggunaan benang yang lebih bagus, tidak membuat kain tenun menjadi begitu tebal,” ujarnya.

Tak hanya desainer, aktris seperti Cut Mini juga jatuh cinta pada kain ini. Aktris ini mulai mengoleksinya ketika terlibat dalam pengambilan gambar film Athirah--film tentang ibu Wakil Presiden Jusuf Kalla--di Makassar sekitar 2016.

Mini mengatakan kain Indonesia kaya corak dan cantik. Setiap daerah punya ciri khas, termasuk kain tenun Sengkang yang terbuat dari sutra, sehingga teksturnya halus dan ringan. “Tenun biasanya dikenal berat, tapi ini ringan, jadi enak dan nyaman dipakai sehari-hari,” tuturnya.

Karena berwarna cerah, kata dia, kain tenun Sengkang enak dipadu-padankan dengan atasan polos, seperti kaus hitam.

YUNIA PRATIWI | AISHA SHAIDRA 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus