Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tuntutan pekerjaan terkadang membuat pekerja memaksakan diri bekerja saat kondisi tidak sehat atau sakit. Situasi itu disebut presenteeism. Mengutip WebMD, situasi itu juga banyak terjadi di Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal, bekerja saat sakit jika menular rentan berisiko menginfeksi rekan kerja dan mengganggu produktivitas. Tapi, survei nasional di Amerika menunjukkan, pekerja merasa tertekan untuk berangkat bekerja saat sakit flu. Meskipun kondisi itu menyebabkan hampir setengah dari rekan kerjanya kesal ketika melakukan hal yang sama.
Mengapa orang melakukan presenteeism?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Survei itu menjawab alasan munculnya rasa tertekan. Jawabannya ada 60 persen karyawan khawatir pekerjaan tak selesai, sehingga memaksakan diri tetap bekerja walaupun sedang sakit.
Adapun 48 persen menjawab merasa bersalah karena menganggap itu bolos bekerja. Sedangkan 25 persen lainnya tak dibayar kalau tak bekerja pada hari saat sakit. Alasan lainnya, termasuk takut dimarahi pimpinan dan khawatir kehilangan pekerjaan.
National Foundation for Infectious Diseases (NFID) memperkirakan, pada tahun tertentu flu di tempat bekerja mengakibatkan hilangnya produktivitas. “Fenomena presenteeism sangat relevan dengan influenza,” kata Direktur Medis NFID Susan J. Rehm, dikutip dari WebMD.
Merujuk publikasi dalam Journal of Occupational and Environmental Medicine, para peneliti menghitung rata-rata perkiraan rendah untuk kerugian produktivitas di tempat kerja. Itu yang disebabkan kondisi kesehatan umum dan membandingkannya dengan biaya lain yang terkait kondisi.
Perkiraan ini diidapat dari basis data sekitar 375.000 orang karyawan. Itu mencakup informasi tentang klaim asuransi untuk perawatan medis dan cacat jangka pendek selama tiga tahun. Para peneliti menggabungkan informasi ini dengan penemuan dari lima survei produktivitas yang dipublikasikan untuk 10 kondisi kesehatan yang paling umum mempengaruhi pekerja.
Laporan menunjukkan banyak kondisi, biaya kehadiran jauh lebih besar daripada biaya perawatan kesehatan, seperti absensi atau tunjangan kesehatan dan kecacatan. Salah satu kaitannya presenteeism, karena sakit kepala mempengaruni 89 persen dari total biaya kerugian produktivitas. Itu menggunakan perkiraan rata-rata dan 49 persen prakiraan rendah. Adapun alergi, biaya kehilangan produktivitas di tempat kerja sebanyak 82 persen dan paling sedikit 55 persen.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.