Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menyebut orang tua perlu bebas gawai saat bermain dengan anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Waktu ideal untuk bermain dengan anak yakni saat anak maupun orang tua sedang dalam keadaan rileks atau santai, tidak terdistraksi oleh urusan lain, dan gadget-free,” kata Vera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, sangat penting bagi orang tua meluangkan waktu untuk bermain dengan anak karena akan mempengaruhi tumbuh kembangnya. “Sebagai orang dewasa terdekat yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anak, penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa bermain merupakan kebutuhan anak, tidak hanya untuk bersenang-senang tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi tumbuh kembangnya,” ujarnya.
Vera mencontohkan salah satu aktivitas anak bermain dan penting untuk diperhatikan oleh orang tua karena memperlihatkan tumbuh kembangnya. “Misal anak terlihat main dengan kursi kecil yang didorong ke sana ke mari, sebetulnya sedang mengembangkan otot kaki dan kemampuan berjalan,” ucapnya.
Kenali tahapan perkembangan
Sementara itu, Ketua Program Studi Psikologi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Rose Mini Agus Salim, menyebut pentingnya kakek/nenek mengenali tahapan perkembangan ketika bermain dengan cucu dan melakukan pengasuhan.
"Kakek/nenek juga harus mendengar keinginan dan harapan anak (orang tua) terhadap cucu seperti apa, lalu mengenali kebiasaan, kelebihan, dan kelemahan anak atau cucu, serta mengenali kebutuhan cucu sesuai dengan tahapan perkembangan mereka," kata Rose.
Ia menjelaskan setiap tahapan perkembangan anak butuh pendekatan yang berbeda. "Kalau balita atau prasekolah mungkin bisa dengan cerita shadow puppet (wayang) misalnya, jadi menganalogikan sesuatu karena tingkat perkembangan kognitif anak masih terbatas, enggak bisa abstrak, semua harus konkret dan operasional," ujarnya.