Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Psikolog: Pernikahan Sehat Penting untuk Cegah Masalah Kesehatan Mental

Dekan Fakultas Psikologi UI menyebut kriteria pernikahan sehat dan pasangan yang diharapkan agar kesehatan mental terjaga.

20 Desember 2024 | 04.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Membangun pernikahan yang sehat sangat penting untuk menjaga kestabilan kesehatan mental, terutama pada pihak perempuan atau istri. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Bagus Takwin, mengatakan suami sebagai pasangan dalam pernikahan berperan penting menjaga kestabilan rumah tangga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Suami itu paling penting jadi teman kerja sama yang baik, bukan jadi pemimpin yang mengarahkan saja tapi pemimpin yang kerja bersama," katanya dalam diskusi tentang kesehatan jiwa di Perpustakaan Nasional Jakarta, Kamis, 19 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagus mengatakan kerja sama antara suami dan istri dalam mengurus rumah tangga bisa membantu istri menjaga stabilitas emosi. Ia menjelaskan menjadi pasangan bukan hanya dalam hal memimpin tapi juga bersama dalam mendidik anak dan menjadi pendukung pasangan masing-masing jika menghadapi masalah dengan kemampuan memahami.

"Kalau semakin besar anaknya bisa jadi partner juga untuk anaknya, secara emosional juga mendukung emosi yang positif yang muncul caranya macam-macam, kayak mengajak bercanda, jalan-jalan," jelas Bagus.

Temukan pasangan yang tepat
Ia juga mengatakan suami yang ikut memahami permasalahan istri, mulai dari hal kecil sampai urusan rumah tangga, juga menjadi peran penting untuk membantu perempuan bertahan terhadap tekanan yang mungkin didapatnya dari lingkungan. Dengan saling memahami dan mengerti, suami dan istri bisa menghadapi masalah bersama dan mencapai hasil yang lebih baik dibanding hanya berjuang sendiri. 

Salah satu saran Bagus untuk mendapatkan rumah tangga yang sehat adalah menemukan pasangan yang mau siap bertumbuh bersama dan bukan sekedar bertahan. 

"Banyak orang berpikir menikah untuk menjalani hidup. Saya kira sendiri juga bisa. Menikah itu untuk tumbuh, bukan bertahan. Tapi itu enggak gampang dan enggak semua orang bisa. Cari yang pas untuk bisa tumbuh. Kalau mapan-mapan saja untuk bertahan sendirian juga bisa," paparnya.

Ia mengatakan kesadaran tentang masalah kesehatan mental perempuan sangat kompleks. Karena itu, perlu perhatian besar sebab kemampuan perempuan untuk bertahan menghadapi situasi berat bisa runtuh jika tidak ada pasangan yang mendukung secara emosional.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus