BERBEDA dengan proses reproduksi, yang sudah bisa dijelaskan secara ilmiah, sampai rinci, orgasme justru masih menyimpan misteri. Selama ini orgasme dianggap sebagai klimaks rangsangan seksual. Tapi bagaimana secara fisik klimaks itu tercapai tampaknya masih merupakan teka-teki. Setidaknya, mekanisme yang wajar menuju klimaks sampai kini belum terungkapkan. Apalagi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi hingga mekanisme terganggu dan orgasme tak tercapai. Penyimpangan yang paling umum dikenal ialah impotensi. Sampai kini dianggap bahwa kesulitan ini berpangkal pada hambatan psikologis, dan dicoba diatasi dengan terapi kejiwaan. Tapi masih merupakan masalah dalam ilmu kedokteran, perihal mengatasi kesulitan mencapai orgasme yang terjadi akibat kelainan fisik. Paraplegia atau kelumpuhan pada bagian bawah tubuh, misalnya. Kelumpuhan ini terjadi karena kerusakan jaringan saraf di bagian punggung. Kesulitan ejakulasi pada penderita penyakit ini sulit diatasi, karena dokter tidak bisa menetapkan harus mulai dari mana. Namun, kini sebuah harapan muncul. Pada Journal of Neuroscience edisi bulan lalu, Northwest University Medical School, Amerika Serikat, menyatakan telah menemukan picu yang menjadi kunci orgasme. Penelitian ini dilakukan pada tikus, sebagai obyek. Mengapa tikus? "Sistem organ seks kedua spesies itu sama," kata Dr. Kevin E. McKenna, ahli fisiologi dan urologi yang mengkoordinasikan penelitian itu. Dari penampilan anatominya, saluran kencing pada manusia maupun tikus persis sama." Yang ditemukan McKenna dalam penelitian bertahun-tahun itu ialah adanya peran sistem pembuangan air seni -- kandung kemih dan saluran kencing atau uretra pada ejakulasi. Picu orgasme terletak di sekitar organ-organ pembuangan ini. McKenna menemukan, ejakulasi terjadi bila ada tekanan mendadak pada kandung kemih. Duduk persoalannya kira-kira begini. Seluruh proses itu diawali dengan terkonsentrasinya sperma pada kantung sperma, di atas kandung kemih, akibat rangsangan seksual. Kelenjar prostat yang terletak di sekitar kandung kemih saat itu mengeluarkan sejumlah cairan. Ketika rangsangan meningkat, cairan ini, bersama kantung sperma yang menggelembung, menekan kandung kemih dan uretra. Pada saat tekanan menjadi-jadi, kandung kemih membuka dan cairan prostat mengalir masuk. Kandung kemih yang kini menggelembung kemudian menjadi sangat peka. "Suatu saat terjadi tekanan mendadak pada kandung kemih, dan kejutan inilah yang membuat ejakulasi," tutur McKenna. Seberapa jauh proses yang sama berlaku bagi klimaks pada orgasme wanita, McKenna belum bisa memastikan. Namun, ia memperkirakan, proses itu sama saja. "Reaksi organ seks pada pria dan wanita di saat klimaks punya banyak kesamaan," kata ahli itu. "Perbedaan orgasme pria dan wanita hanya pada manifestasinya." Penelitian seksuologi menunjukkan bahwa orgasme pada pria dan wanita terjadi secara otomatis, dan mengakibatkan kontraksi otot-otot di sekitar organ seks serta otot dinding perut. Perbedaannya baru terlihat sesudah klimaks terjadi. Pada wanita, darah yang terkonsentrasi di sekitar organ kelamin terperangkap lebih lama dalam seksuologi disebut sebagai fase resolusi. Pada saat inilah organ seks mudah diaktifkan kembali lewat rangsangan. Karena itu, wanita bisa mengalami orgasme lebih dari satu kali.Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini