Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Metastasis, ancaman kedua

Seminar kanker di surabaya. penyakit kanker muncul karena sel-sel tubuh tumbuh dan berkembang biak secara abnormal dan misterius. penyebaran sel kanker belum tentu bisa dihentikan dengan operasi.

8 April 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG ibu dioperasi karena kanker ganas leher rahim. Pembedahan berjalan dengan baik. Dan sukses. Tapi beberapa pekan kemudian ibu itu meninggal. Keluarganya protes. "Lho, sudah dioperasi kok malah meninggal?" tanya anak-anak almarhumah pada ahli bedah. Dokter, yang sebelumnya sudah menerangkan duduk perkaranya, mesti menjelaskan sekali lagi. Diungkapkannya, operasi kanker ganas tidak dengan sendirinya menjamin bahwa semua bisa aman dan beres. Soalnya, ada metastasis (penyebaran) sel-sel kanker di bagian lain tubuh pasien, yang tak mudah dikontrol. Operasi kasip yang dilakukan pada kanker itu memang semata-mata untuk mengurangi penderitaan, sementara sisa umur ibu tadi terpulang pada Sang Pencipta. Metastasis sel-sel kanker sejak dulu memang merupakan penyebab utama penanganan penyakit misterius ini. Kendati teknik pembedahan kanker sudah sangat maju, toh para ahli masih dipusingkan oleh liarnya sel-sel yang berkelana ke berbagai bagian tubuh penderita. Itulah sebabnya kini, para ahli menjadikan luasnya metastasis sebagai salah satu dasar penentuan derajat keganasan kanker. Artinya, semakin jauh penyebaran metastasis sebuah kanker, semakin ganas derajat sang kanker. Rektor Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. dr. Soedarso Djojonegoro, juga mengakui bahwa penanganan masalah kanker masih memusingkan kepala. "Terutama akibat adanya fokus-fokus sekunder yang timbul akibat metastasis kanker," kata Soedarso pada sambutan pembukaan Seminar Kanker, yang diadakan Fakultas Non-Gelar Kesehatan, bersama Fakultas Pasca-Sarjana Unair dan Ikatan Ahli Patologi Cabang Surabaya. Pendapat ini diperkuat oleh dr. Suhartono Taat Putra, dari Bidang Studi Patologi Jurusan Analis Medis, Fakultas Non-Gelar Kesehatan, Unair. Katanya, sejauh ini upaya pemberantasan fokus-fokus kanker sekunder, alias metastasis, masih sangat terbatas. "Metastasis memang jadi penyebab utama kegagalan pengobatan kanker," ujar Suhartono, yang dalam seminar itu membawakan makalah berjudul Problema Metastais Kanker. Kanker sendiri sejauh ini masih jadi penyakit misterius. Ia muncul karena sel-sel tubuh tumbuh dan berkembang biak secara abnormal. Dalam proses yang misterius ini, inti sel kanker membelah terus-terusan. Sel itu mengalami transformasi (perubahan bentuk dan jumlah) secara tak terkendali, ganas, dan liar. Kendati belum jelas apa yang menyebabkan terjadinya proses aneh itu, para ahli sepakat bahwa banyak faktor diduga berkaitan erat dengan munculnya kanker. Di antaranya, kebiasaan tertentu (merokok pada kanker paru, misalnya), lingkungan (termasuk polusi), makanan, bahan kimia (termasuk obat-obatan), radiasi, faktor genetika, virus, dan keadaan sosio-ekonomi. Di negara maju, tempat orang bisa hidup sampai umur sangat tua, kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung dan pembuluh darah. Di Indonesia, menurut ahli patologi anatomi FK Unair, Prof. Dr. Roem Soedoko -- bertindak sebagai penyimpul seminar -- sekarang ini kanker masih merupakan penyebab kematian peringkat ke-6. "Tapi pada tahun 2000 kelak, diperkirakan kanker sudah menjadi pembunuh utama di sini," kata Dokter Roem. Adapun metastasis sel kanker, menurut Suhartono, bisa menyebar langsung, lewat pembuluh darah ataupun lewat pembuluh getah bening (limfe). "Tapi yang terbanyak, metastasis melalui pembuluh getat bening," kata Suhartono. Soalnya tak lain karena dinding pembuluh limfe, ngat tipis, hingga memudahkan penembusan sel-sel kanker. Selain itu, adanya sel kanker di pembuluh limfe sendiri juga sering jadi perantara penyebaran lewat pembuluh darah, melalu saluran penhubung (antara saluran limfe dan pembuluh darah ) di daerah dada, yang dikenal dengan nama ductus thoracicus. Untungnya, masih ada sistem yang jadi penghalang penyebaran sel-sel kanker di pembuluh limfe ini, yakni kelenjar-kelenjar getah bening yang tersebar di bagian-bagian tertentu pada tubuh. Namun, sel-sel yang terhambat di kelenjar limfe regional mungkin pula jadi penyebab penyebaran sel kanker di pembuluh darah. Dengan sistem infiltrasi begitu rupa, maka kanker sangat mudah melakukan metastasis. Semakin ganas kanker, semakin cepat infiltrasi itu terjadi. Dan semakin ganas sang kanker, semakin cepat pula ia membelah diri (berbiak) dan melakukan desakan (invasi). Ini semua sering menyebabkan pasien terlambat datang ke dokter, dan menjadikan operasi cuma suatu cara untuk mengurangi penderitaan saja. Itulah sebabnya, para ahli menganjurkan orang segera memeriksakan diri sebelum semuanya kasip. Pembicara lain di seminar itu, dr. I.D.G. Sukardja, menyarankan agar kita menggunakan kata PATOKAN untuk mencurigai adanya kanker. Tujuh huruf awal kata PATOKAN itu adalah Perdarahan atau keluar lendir yang tak wajar dari dalam tubuh Alat pencernaan sering terganggu atau sukar menelan Tumor di buah dada atau tempat lain Obstipasi (sembelit) atau perubahan buang air besar ataupun kencing Koreng atau borok yang tak kunjung sembuh Andeng-andeng (tahi lalat) yang membesar atau makin menghitam Nada suara jadi serak atau batuk yang tak kunjung sembuh. Khusus untuk wanita, Prof. Roem menganjurkan agar lebih waspada, terutama mengingat banyaknya kanker mulut rahim dan kanker payudara di sini. "Kanker mulut rahim kini menduduki peringkat pertama keganasan kanker di Indonesia, disusul kanker payudara, pada peringkat kedua," kata ibu Roem. Dokter Roem Soedoko meraih gelar doktor dengan disertasi soal hubungan pil KB dan kanker leher rahim di Jawa Timur, pada 1982 lalu. Dalam disertasinya, Roem menganjurkan para ibu yang berusia di atas 30 tahun agar melakukan tes Paps Smear setiap satu atau dua tahun sekali -- supaya bisa mendeteksi kanker rahim secara dini.Syafiq Basri , Wahyu Muryadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum