Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Rendang Tak Sekadar Kuliner, Sarat Filosofi Kehidupan

Rendang ditahbiskan sebagai salah satu makanan terenak di dunia. Bukan sekadar kuliner, karena sarat filosofi kehidupan.

8 Februari 2022 | 08.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Resep Rendang Daging Sapi ala Chef Devina Hermawan. Foto: tangkapan layar YouTube Devina Hermawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tidak hanya terkenal di Indonesia, rendang yang menjadi makanan khas asal Sumatera Barat ini juga sudah mendapatkan attention di luar negeri. Bahkan, makanan yang terbuat dari olahan daging sapi ini juga dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia.

Namun, rendang bukan nama asli dari makanan ini. Nama rendang dirujuk dari lamanya waktu memasak daging agar teksturnya menjadi empuk dan kering serta beraroma rempah sehingga daging berwarna kecokleatan. Teknik memasak ini menjadikan rendang punya citarasa yang sangat lezat.

Mengutip dari student-activity.binus.ac.id, orang Minangkabau setiap hari berhubungan dengan pedagang India yang membawa kari massaman. Kari itu diadaptasi masyarakat Minangkabau sehingga menjadi apa yang kita kenal sebagai gulai.

Tidak berhenti sampai di situ, orang Minangkabau memasak gulai ini lebih lanjut dan menjadi kalio atau rendang basah. Proses tersebut berlanjut hingga lebih mengental dan menjadi rendang atau rendang kering. Orang Minangkabau menghormati dan menghargai rendang karena proses memasaknya yang sangat lama.

Kalau melihat dari sejarahnya, awalnya rendang dibuat dari daging kerbau dan hanya dinikmati pada acara-acara adat tertentu saja. Sebab, rendang menduduki kasta yang paling tinggi di antara hidangan lain dan sering disebut sebagai kepalo samba atau induknya makanan dalam tradisi Minangkabau berdasarkan tulisan Reno Andam Suri dalam Rendang Traveler: Menyingkap Bertuahnya Rendang Minang (2012).

Tak hanya itu, rendang juga dikenal sebagai makanan tahan lama yang bisa bertahan selama berminggu-minggu. Mengutip dari kemlu.go.id, rendang juga cocok dimakan saat musim dingin karena rasanya semakin enak.

Menurut kepercayaan orang Minangkabau, rendang memiliki tiga filosofis. Yang pertama yaitu kesabaran karena proses pembuatannya cukup lama. Kedua adalah ketekunan. Hal ini diperlukan saat mengaduk bahan menjadi satu hidangan.

Yang terakhir adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan diperlukan dalam memilih bahan untuk hidangan. Daging, cabai, dan komponen lainnya membutuhkan kebijaksanaan dari individu untuk mencapai cita rasa yang diinginkan.

Rendang menjadi sangat populer di Indonesia bahkan luar negeri, tidak hanya Bulgaria, tetapi juga Malaysia. Hal ini dikarenakan budaya masyarakat Minangkabau yang disebut merantau atau mengembara. Menurut Yoshino dalam Malaysian Cuisine: A Case of Neglected Culinary Globalization, pada 1900-an, pendatang dari Indonesia, khususnya orang Minang, yang melakukan perjalanan jauh ke Malaysia dan memperkenalkan rendang di sana.

GERIN RIO PRANATA 

Baca: Sentra Rendang Kota Padang: Tempat Produksi, Pemasaran dan Kuliner Rendang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus