Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Risiko Wanita Pendidikan Jantung

Begitu wanita tidak haid lagi, ia bukan hanya rentan terhadap serangan jantung, tapi juga menanggung risiko kematian lebih besar dibandingkan dengan pria.

19 September 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI kabar yang perlu dicermati, terutama oleh kaum wanita. Dalam hal ''menanggapi" serangan penyakit jantung, ternyata ada yang berbeda antara pria dan wanita. Dibandingkan dengan pria, wanita penderita jantung punya risiko meninggal lebih besar akibat serangan jantung. Simak saja sebuah studi terbaru dari Amerika Serikat yang dilaporkan Washington Post ini. Penelitian terhadap 385 ribu orang oleh para peneliti Yale University, AS, yang dipimpin Viola Vaccarino, memperlihatkan bahwa pada kelompok penderita berusia di bawah 50 tahun, sekitar enam persen wanita meninggal karena serangan jantung. Angka ini lebih besar daripada angka kematian pasien pria, yang hanya tiga persen. Perbedaan angka kematian antara penderita pria dan wanita ternyata makin kecil pada kelompok usia makin tua. Pada usia 50-54 tahun, misalnya, angka kematian penderita jantung pria empat persen, sedangkan wanita tujuh persen. Sementara itu, pada penderita berusia 75-79 tahun, perbedaan angka kematian antara pria dan wanita sangat tipis. Dan pada kelompok usia 80-84 tahun, pria dan wanita memiliki angka kematian yang sama: 22 persen. Untuk melihat perbedaan risiko antara pasien pria dan wanita itu, peneliti telah menerapkan berbagai metode statistik. Misalnya, pemeriksaan jantung dengan EKG yang lebih sedikit pada wanita daripada pria. Mereka juga memperhitungkan bahwa para wanita penderita jantung lebih jarang merasakan nyeri dada ketimbang pria penderita jantung. Para peneliti juga mempertimbangkan bahwa wanita penderita jantung juga mengalami kegagalan kongesti jantung—yang meningkatkan risiko kematian—sama seperti pasien pria. Bahwa wanita lebih banyak terserang diabetes dan lebih jarang mengonsumsi obat pengencer darah, yang sangat penting untuk menolong penderita jantung, juga telah dipertimbangkan peneliti. Dengan semua pertimbangan itu, para peneliti semula berharap bisa menemukan variabel yang membuat wanita menanggung risiko kematian lebih besar ketimbang pria. Ternyata bukan faktor-faktor itu yang membuat risiko kematian pada penderita pria dan wanita berbeda. Lalu apa? Temuan itu tidak bisa diartikan bahwa wanita tengah baya lebih berisiko terserang penyakit jantung dibandingkan dengan pria. Faktanya, sebenarnya lebih sedikit wanita yang terserang penyakit jantung ketimbang pria. Namun, begitu wanita terserang penyakit jantung, ternyata daya tahannya lebih lemah ketimbang pria. Kenapa? Mungkinkah penyakit jantung pada wanita paruh baya punya karakteristik yang berbeda dari penyakit jantung yang diderita laki-laki? ''Kami telah memperhitungkan semua hal. Namun, perbedaan besar yang terlihat antara wanita dan pria penderita jantung berusia muda tetap belum bisa dijelaskan," kata Vaccarino. Selama ini, penelitian terhadap wanita penderita jantung berusia muda atau yang belum mengalami menopause memang belum banyak dilakukan para ahli. Penyebabnya, wanita yang belum mengalami menopause memang lebih jarang menderita penyakit jantung dibandingkan dengan pria pada usia yang sama. Penderita jantung di kalangan wanita yang belum mengalami menopause jarang karena mereka masih dilindungi hormon kewanitaan yang mereka miliki, estrogen. Hormon ini membuat kadar kolesterol rendah, kadar gula baik, dan kualitas pembuluh darah juga lebih baik karena lebih mudah melebar. ''Estrogen itu bekerja dengan berbagai macam cara. Yang paling jelas, estrogen bisa mengembalikan kemampuan kelenturan pembuluh untuk melebar," ujar Otte J. Rachman, M.D., Kepala Departemen Kardiologi Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta. Lalu, kenapa ada wanita yang kena serangan jantung pada usia pramenopause? Ada dugaan, itu karena pembawaan yang membuat mereka resistan terhadap efek-efek menguntungkan estrogen. Kondisi itu (mungkin juga hal lain yang belum diketahui) juga membuat mereka tidak responsif terhadap obat-obatan jantung yang efektif bagi pria yang menderita penyakit sama. Kenyataan seperti itu agaknya bukan hanya terjadi di Amerika. Sebuah penelitian yang dilakukan pada 1996 oleh NH&MRC Clinical Trials Center, University of Sydney, Australia, di 10 negara Asia-Pasifik—termasuk Indonesia—menghasilkan kesimpulan bahwa tingkat kematian wanita penderita jantung mencapai 15 persen, sedangkan pria hanya 10-12 persen. Memang, penelitian ini tidak mengelompokkan penderita dalam berbagai usia. Namun, sepanjang pengamatan ahli jantung Dr. Harmani Kalim, M.P.H., D.S.P.J., yang aktif di Perhimpunan Kardiolog Indonesia (Perki) sebagai kepala departemen pertemuan ilmiah dan pendidikan, ketika sudah tidak haid lagi, wanita rentan terhadap serangan jantung. ''Berdasarkan pengamatan, pria lebih rentan dari wanita terhadap penyakit jantung. Namun, ketika sudah tak haid, wanita sama rentannya, dan lebih banyak yang meninggal," ujarnya. Selain karena faktor usia, Harmani menduga, kondisi itu tampaknya ada hubungannya dengan kultur bangsa Indonesia. ''Kalau yang sakit bapaknya, pasti ibunya bingung dan menganjurkan ke dokter. Tapi kalau ibunya yang sakit, ibu lebih banyak diam dan tidak terlalu memikirkan dirinya karena merasa bapak lebih penting," ujar Harmani. Akhirnya, wanita lebih lambat datang berobat ke dokter. Seharusnya wanita bisa mengenali gejala penyakit jantung sejak dini, seperti sesak dan sakit di dada, lemas, berdebar-debar, lekas capek, dan pingsan. Gejala nyeri bila kurang dari 15 menit masih bisa dikategorikan sebagai ''alarm". Namun, bila nyeri sudah dirasakan lebh dari 20 menit, sesungguhnya jantung sudah terkena serangan, dan berobat ke dokter pun sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi. Gabriel Sugrahetty, Yayi Ichram

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus