Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bila mampir di Pamekasan, Madura jangan lewatkan untuk mencicipi sate lalat atau sate laler. Tapi yang satu ini bukan kuliner ekstrem ya...
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sate lalat hanya sebutannya, karena potongan daging ayamnya yang kecil-kecil. Sesungguhnya sate ayam khas Madura dengan kuah kacang yang kental. Jadi kota yang berbatasan dengan Sumenep dan Sampang ini lah, Anda bisa mencicipi sate Madura di tempat asalnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para penjaja sate lalat bisa ditemukan setiap sore hari tak jauh dari Masjid Agung Pamekasan. Atau tepatnya di sepanjang jalan Niaga.
Pak Hamid membakar sate lalat, kuliner khas Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Disebut sate lalat karena ukurannya yang kecil hampir seukuran lalat. Tempo/Rully Kesuma
Jalan ini mulai pukul 16.00-02.00 disulap menjadi kawasan kuliner Sae Salera. Warung tenda memenuhi kiri-kanan jalan sepanjang malam. Jadi untuk yang kelaparan tengah malam pas melewati Pamekasan, bisa singgah di sini.
Ada beberapa tenda yang menjual sate lalat. Rata-rata menjual menu yang sama. Satu porsi sate lalat biasanya terdiri 20 tusuk sate plus lontong dan minumnya berupa es teh atau teh tawar. Harganya tak bikin Anda merogoh kantong dalam-dalam.
Bila sedang musim durian, ada juga penjaja buah berduri itu di jalan Niaga. Buahnya tergolong kecil tapi rasanya manis. Selain itu ada juga pedagang lain seperti soto Madura, dan lain-lain.
RITA NARISWARI