Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sebanyak 149 Juta Anak Stunting Tercatat di Seluruh Dunia pada 2020, Apa Itu Stunting?

Pada 2020 tercatat ada 149 juta anak stunting di seluruh dunia. Inilah pengertian stunting dan seluk-beluknya.

18 Februari 2024 | 23.00 WIB

Ilustrasi stunting. Foto : UNICEF
Perbesar
Ilustrasi stunting. Foto : UNICEF

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Statistik PBB pada 2020 mencatat, lebih dari 149 juta (22 persen) balita di seluruh dunia mengalami stunting, dimana 6,3 juta merupakan balita atau anak stunting adalah balita Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut UNICEF, stunting disebabkan anak kekurangan gizi dalam dua tahun usianya, ibu kekurangan nutrisi saat kehamilan, dan sanitasi yang buruk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dikutip dari paudpedia.kemdikbud.go.id, saat ini, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6 persen, sementara target yang ingin dicapai adalah 14 persen pada 2024. Untuk itu, diperlukan upaya bersama untuk mencapai target yang telah ditetapkan, salah satunya dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga.

Apa Itu Stunting?

Dikutip dari promkes.kemkes.go.id, stunting merupakan permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang cukup waktu lama, umumnya hal ini karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun.

Stunting pada anak mengacu pada anak yang terlalu pendek untuk usianya dan merupakan akibat dari kekurangan gizi kronis atau berulang.

Dikutip dari WHO, stunting merupakan faktor risiko yang berkontribusi terhadap kematian anak dan juga merupakan penanda kesenjangan dalam pembangunan manusia. Anak-anak yang mengalami stunting gagal mencapai potensi fisik dan kognitifnya.

Bagi UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi badan di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis), hal ini diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO.

Stunting juga kerap kali dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk.

Selain itu, efek jangka panjang yang disebabkan oleh stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, sering kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.

Penyebab Stunting

Dikutip dari consernusa.org, ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap stunting pada masa kanak-kanak, dan faktor-faktor ini sering kali saling berkaitan. Beberapa penyebab umum stunting antara lain:

- Gizi buruk dan kurangnya akses terhadap beragam makanan

- Sanitasi buruk dan tidak ada akses terhadap air minum bersih

- Kurangnya layanan kesehatan yang layak untuk anak-anak dan ibu mereka

- Stimulasi psikososial atau ikatan orang tua-bayi yang tidak memadai 

Perkembangan anak stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan mungkin telah terjadi di masa lalu seseorang. 

 

 

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus