Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi berkunjung ke Banyuwangi. Ia bersama koleganya mampir ke Pasar Induk Banyuwangi, pelesiran kuliner. Ia mengunggah jalan-jalannya itu di akun @retno_marsudi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Duduk di Kedai Kopi Rasa, ia menceritakan pengalaman kulinernya, makan sego cawuk, kopi osing yang nikmat, dan ketan yang lezat, “Harga kopi yang enak ini Rp3.000 dan ketan Rp3.000,” ujarnya sembari tersenyum. Menurut Retno, harga kopi dan ketan itu sangat murah dan tentu saja sangat nikmat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kopai osing atau kopi osing yang diseruput Menlu Retno Marsudi berasal dari Desa Kemiren. Popularitasnya telah mendunia, dengan kopi arabika yang diracik khusus. Iwan pendiri Sanggar Genjah Arum, percaik kopi osing membuka resepnya.
Biji kopi disangrai (digoreng tanpa minyak) di wajan tanah liat dengan tungku kayu. Biji kopi tanpa dicuci serta harus sama ukuran besar kecilnya agar kematangan kopi pas disangrai sama. Tiga hal itu membuat kopi enak, dan diaduknya dengan sendok kayu agar tak merusak cita rasa kopi.
Sanggar Genjah Arum milik Iwan merupakan rumah buat penikmat kopi, sambil melihat tari gandrung dan kesenian Banyuwangi lainnya di Desa Kemiren. Retno Marsudi melihat dari dekat proses pembuatan kopi osing sekaligus menikmati hiburan dari para ibu yang bermain musik dari lesung.
Sementara sego cawuk yang dikudap Retno Marsudi rasanya manis dan gurih. Rasa itu berasal dari gula yang mengkaramel dan kaldu ikan pindang. Kuah pindang tersebut diperoleh dengan teknik gendam – cara memasak yang hanya ada di Banyuwangi.
Sego cawuk merupakan paduan kuah pindang dengan berbagai bumbu yang dimasak dengan teknik gendam Banyuwangi. Foto: @
Cara memasak kuah pindang dimulai dengan memanaskan gula pasir hingga menjadi caramel. Lalu dicampur dengan air hingga mendidih. Berikutnya rempah laos dan asam wadung dimasukkan. Terakhir ikan yang sudah dipindang dimasukkan ke dalam kuah panas. Lalu dibiarkan hingga matang.
Sebagai lauk pauk, nasi cawuk sangat pas dengan kikil, dendeng, pepes ikan laut, dan telur. Satu hal yang tak boleh diabaikan, gecok. Masakan ini merupakan parutan kelapa muda yang dicampur dengan teri kecil-kecil alias gecok teri.
Lalu bagaimana dengan pecel pitik. Bu Menlu juga tampak antusia dengan pecel pitik. Pecel Pitik merupakan hidangan berbahan dasar ayam kampung yang disuwir dan dilumuri dengan parutan kelapa berbumbu kemiri, cabai rawit, terasi, daun jeruk, garam, dan gula. Hasil finalnya tercipta rasa pecel pitik yang gurih, sedikit pedas, dan khas Banyuwangi.
Nasi atau sego cawuk dan pecel pitik bisa didapati di berbagai lokasi, tentu dengan cita rasa masing-masing warung atau rumah makan. Bila tergoda mencicipinya, datanglah ke Banyuwangi.