Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) terhadap vaksin Sputnik-V buatan Rusia. Informasi tersebut disampaikan melalui siaran pers yang tayang di laman pom.go.id pada Rabu, 25 Agustus 2021 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seperti halnya proses pemberian EUA pada vaksin Covid-19 sebelumnya, pemberian EUA untuk Vaksin Covid-19 Sputnik-V juga telah melalui pengkajian secara intensif oleh BPOM bersama Tim Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin Covid-19 dan Indonesia Technical Advisory Group on Immunization atau ITAGI. Apa sebenarnya vaksin Sputnik-V, bagaimana pengaplikasiannya dan berapa tingkat efikasinya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari akun Instagram @indonesiabaik.id milik Kominfo, disebutkan bahwa vaksin ini dikembangkan oleh The Gamaleya National Center of Epidemiology and Microblology di Russia menggunakan platform Non-Replicating Viral Victor (Ad26-5 dan Ad5-5). Didaftarkan oleh PT Pratapa Nirmala sebagai pemegang EUA sekaligus bertanggung jawab untuk penjaminan keamanan dan mutu vaksin tersebut di Indonesia.
Vaksin Sputnik-V ini digunakan dengan indikasi pencegahan Covid-19 untuk orang berusia 18 tahun ke atas, yang diberikan secara injeksi intramuscular atau IM dengan dosis 0,5 mililiter untuk 2 kali penyuntikan dalam rentang waktu 3 minggu. Vaksin ini termasuk dalam kelompok vaksin yang memerlukan penyimpanan pada kondisi suhu khusus, yaitu pada suhu minus 20 derajat Celsius hingga kurang lebih 2 derajat Celsius.
Melansir dari laman pom.go.id, Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito, mengatakan penilaian terhadap data mutu Sputnik-V juga telah mengacu pada pedoman evaluasi mutu vaksin yang berlaku secara internasional. Sementara itu, berdasarkan hasil kajian mengenai keamanannya, efek samping dari penggunaan Vaksin Covid-19 Sputnik-V merupakan efek samping dengan tingkat keparahan ringan atau sedang.
Hasil tersebut dilaporkan pada uji klinik Vaksin Covid-19 Sputnik-V, dan uji klinik vaksin lainnya dari teknologi platform yang sama. Efek samping paling umum yang dirasakan adalah gejala menyerupai flu yang ditandai dengan demam, menggigil, nyeri sendi, nyeri otot, badan lemas, rasa tidak nyaman, sakit kepala, hipertermia, atau reaksi lokal pada lokasi injeksi.
“Sementara untuk efikasinya, data uji klinik fase 3 menunjukkan Vaksin Covid-19 Sputnik-V memberikan efikasi sebesar 91,6 persen, dengan rentang confidence interval 85,6 perse hingga 95,2 persen,” kata Penny.
Sejak Januari 2021, Badan POM telah menerbitkan EUA terhadap 6 jenis vaksin untuk penanganan pandemi Covid-19, yaitu Sinovac (CoronaVac), Vaksin Covid-19 Bio Farma, AstraZeneca Covid-19 Vaccine, Sinopharm, Moderna, dan Comirnaty (Pfizer), dan terakhir yaitu Vaksin Covid-19 Sputnik-V.
HENDRIK KHOIRUL MUHID