Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengembang vaksin COVID-19 asal Rusia, Sputnik V, tidak terima dengan pernyataan regulator Brasil bahwa ada virus aktif dalam vaksinnya. Atas hal tersebut, mereka berencana memperkarakan badan regulator obat-obatan Brasil (Anvisa) atas tuduhan pencemaran nama baik.
"Anvisa membuat pernyataan yang menyeasakan tanpa benar-benar menguji dulu vaksin COVID-19 Sputnik V," ujar pengembang Sputnik V, Denis Logunov, dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 30 April 2021.
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Brasil menuding suplai vaksin COVID-19 Sputnik V asal Rusia yang mereka terima cacat. Sebab, menurut mereka, ada virus demam aktif di dalam vaksin tersebut. Hal itu mereka nyatakan usai menerima hasil kajian Anvisa terhadap Sputnik V.
Sputnik V , perlu diketahui, adalah vaksin COVID-19 yang dikembangkan dengan teknologi Adenovirus. Dengan kata lain, vaksin tersebut memang mengandung virus di dalamnya. Namun, dalam hal ini, virus tersebut telah dimodifikasi agar tidak berkembang biak dan hanya berfungsi untuk membentuk imun tubuh. Dengan begitu, ketika tubuh menghadapi virus sesungguhnya, imun tubuh bisa langsung merespon.
Nah, dalam kajian Anvisa, tertulis bahwa virus dalam vaksin COVID-19 Sputnik V bersifat "replication competent". Hal tersebut menandakan virus dalam Sputnik V bisa berkembang biak yang seharusnya tak terjadi. Adapun vektor adenovirus di dalam Sputnik V ada dua yaitu tipe 26 (Ad26) dan tipe 5 (Ad5).
Hingga berita ini ditulis, bagaimana dan kapan Logunov akan memperkarakan Anvisa belum diketahui. Di saat bersamaan, Anvisa belum mau memberikan komentar apapun soal status vaksin COVID-19 Sputnik V di Brasil.
Baca juga: Brasil Sebut Vaksin COVID-19 Rusia Mengandung Virus Hidup
ISTMAN MP | REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini