Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, JAKARTA - Virus merupakan agen infeksi mikroskopis yang hanya dapat berkembang biak di dalam sel hidup makhluk lain. Salah satu mekanisme utama yang digunakan virus untuk mereplikasi diri adalah melalui siklus litik dan lisogenik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedua siklus ini tidak hanya menunjukkan kecerdikan adaptasi virus, tetapi juga menjadi dasar penting dalam memahami interaksi antara virus dan sel inang.
Mengenal Siklus Litik
Siklus litik merupakan salah satu mekanisme utama dalam replikasi virus, di mana virus secara aktif memanfaatkan sumber daya sel inang untuk memperbanyak dirinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Contoh virus yang bereplikasi melalui siklus litik termasuk virus bakteriofag seperti T4, serta virus-virus lain seperti virus influenza dan virus herpes.
Tahapan Siklus Litik
1. Adsorpsi
Pada tahap ini, virus menempel pada permukaan sel inang dengan bantuan protein pengikat yang terdapat pada bagian luar virus. Virus hanya dapat menginfeksi sel yang memiliki reseptor yang sesuai dengan protein pengikat tersebut.
2. Penetrasi
Setelah menempel pada sel inang, virus menyuntikkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel. Selanjutnya, virus meninggalkan bagian luar tubuhnya di luar sel inang, sementara materi genetiknya mulai mengendalikan aktivitas sel.
3. Replikasi dan Sintesis
Materi genetik virus yang telah masuk ke dalam sel inang mengambil alih sistem seluler untuk mulai menggandakan DNA atau RNA virus. Selain itu, sel inang mulai mensintesis protein virus yang dibutuhkan untuk membentuk partikel virus baru.
4. Perakitan
Komponen-komponen virus yang telah diproduksi dalam sel inang kemudian dirakit menjadi partikel virus utuh. Pada tahap ini, setiap elemen virus, seperti kapsid dan materi genetik, disatukan untuk membentuk virus yang siap dilepaskan.
5. Lisis
Setelah perakitan selesai, sel inang akan pecah atau lisis, melepaskan virus-virus baru ke luar sel. Proses ini tidak hanya mengakhiri kehidupan sel inang, tetapi juga memungkinkan virus untuk menginfeksi sel-sel lainnya.
Mengenal Siklus Lisogenik
Siklus lisogenik adalah mekanisme replikasi virus yang berlangsung lebih tenang dibandingkan siklus litik, di mana virus tidak langsung menyebabkan kehancuran pada sel inang.
Contoh virus yang menggunakan siklus lisogenik adalah virus bakteriofag lambda pada bakteri Escherichia coli dan virus herpes simpleks yang dapat bertahan dalam tubuh manusia dalam keadaan dorman selama bertahun-tahun sebelum menjadi aktif kembali.
Tahapan Siklus Lisogenik
1. Adsorpsi dan Penetrasi
Pada tahap pertama, virus menempel pada permukaan sel inang melalui interaksi antara protein pengikat virus dan reseptor pada sel inang. Setelah menempel, virus menyuntikkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel inang, meninggalkan bagian luar virus di luar sel.
2. Integrasi
Materi genetik virus yang masuk ke dalam sel inang kemudian menyatu dengan DNA sel inang dan menjadi bagian dari genomnya. Dalam keadaan ini, virus berada dalam bentuk dorman yang disebut profag (untuk virus bakteriofag) atau provirus (untuk virus yang menginfeksi sel mamalia).
3. Replikasi Sel Inang
Setelah integrasi, DNA virus akan mengikuti siklus pembelahan sel inang, sehingga virus juga turut digandakan saat sel inang membelah. Hal ini memungkinkan virus untuk tetap ada dalam tubuh inang tanpa menyebabkan kerusakan yang langsung terlihat.
4. Induksi
Pada kondisi tertentu, seperti stres atau perubahan lingkungan, DNA virus yang telah terintegrasi bisa teraktivasi dan keluar dari keadaan dorman. Virus kemudian memasuki siklus litik, memperbanyak diri, dan akhirnya menyebabkan lisis atau kerusakan pada sel inang.
Persamaan Siklus Litik dan Lisogenik dalam Reproduksi Virus
Meskipun siklus litik dan lisogenik memiliki perbedaan signifikan dalam cara virus berkembang biak, keduanya memiliki beberapa persamaan dasar dalam proses replikasi virus.
Keduanya dimulai dengan infeksi sel inang, di mana virus menempel pada permukaan sel dan menyuntikkan materi genetiknya ke dalam sel inang. Dalam kedua siklus, materi genetik virus kemudian mengambil alih mekanisme sel inang untuk bereplikasi dan mensintesis komponen-komponen virus.
Selain itu, baik pada siklus litik maupun lisogenik, virus dapat mengintegrasikan materi genetiknya ke dalam DNA sel inang dan memanfaatkan sel inang untuk memperbanyak diri, meskipun pada siklus litik proses ini diikuti dengan lisis sel, sementara pada siklus lisogenik virus tetap berada dalam keadaan dorman sampai teraktivasi.
Perbedaan Siklus Litik dan Lisogenik dalam Reproduksi Virus
Perbedaan utama antara siklus lisogenik dan siklus litik terletak pada cara virus memperbanyak diri dan dampaknya terhadap sel inang.
Pada siklus litik, virus segera mengambil alih sel inang untuk memperbanyak diri, menghasilkan banyak partikel virus, dan akhirnya menyebabkan lisis atau kehancuran sel inang.
Sebaliknya, pada siklus lisogenik, virus menyisipkan materi genetiknya ke dalam DNA sel inang dan tetap dalam keadaan dorman sebagai profag atau provirus, tanpa langsung merusak sel.
Dengan demikian, siklus litik cepat dan destruktif, sementara siklus lisogenik lebih lambat dan memungkinkan virus untuk bertahan dalam tubuh inang dalam jangka waktu yang lebih lama tanpa menimbulkan gejala.
Alisha Faradina, berkontribusi dalam artikel ini.