Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Tahu Peran Soekarno Dalam Penyebaran Lagu India di Indonesia?

Lagu India memiliki ciri khas gendang yang mirip dengan jenis lagu dangdut di Indonesia. Tahu bagaimana peran Soekarno sebarkan lagu India?

16 Maret 2018 | 19.54 WIB

Shah Rukh Khan tampil menghibur penggemarnya di Indonesia dengan sejumlah lagu dari film yang dibintanginya, dalam konser "Temptation Reloaded" di Sentul International Cenvention Center, Bogor, Jawa Barat,(8/12). TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Perbesar
Shah Rukh Khan tampil menghibur penggemarnya di Indonesia dengan sejumlah lagu dari film yang dibintanginya, dalam konser "Temptation Reloaded" di Sentul International Cenvention Center, Bogor, Jawa Barat,(8/12). TEMPO/Dian Triyuli Handoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi Ellya Khadam sering sekali menyanyikan lagu dengan lirik 'Boneka cantik dari India. Boleh dilirik. Tak boleh dibawa…'. Seperti ditulis pada Majalah Tempo pada 27 Agustus 2012, Ellya menyanyi seperti bintang India. Dengan garis hitam memanjang yang mengikuti lancip matanya, titik hitam (bindi) pada jidatnya, mengenakan sari dan rok panjang tapi bagian perut tetap terbuka, ia berdendang dalam rangkaian nada tinggi. Dua oktaf di atas normal layaknya para bintang film India. Selagi masih hidup, wanita yang meninggal pada 3 November 2009, pada usia 80 tahun—sosok yang lahir dengan nama Siti Alya Husnah ini membungkus dirinya dengan selimut budaya India yang kental. Baca: Susu Kambing Lebih Baik dari Susu Sapi? Simak Faktanya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidak bisa tidak, berbenturanlah ia yang lahir di Bogor, Jawa Barat, itu dengan identitas daerah dan negara asalnya—kendati apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya tidak serumit-sekompleks itu. Dalam sebuah wawancara, Ellya sempat mengakui acap bayangan yang disaksikannya pada cermin seperti bukan dirinya. Penampilannya seperti perempuan India kebanyakan. Namun musik yang dibawakannya memiliki keistimewaan dan keunikan yang tidak mudah dijumpai di negeri lain: ia India, tapi sebenarnya Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Andrew Weintraub, profesor dari Universitas Pittsburg, Amerika Serikat, membenarkan hal itu. Pria yang tahun lalu menerbitkan buku Dangdut Stories itu menyatakan musik yang satu ini milik Indonesia. Dan jauh sebelum itu, sebenarnya beredar sebuah sentimen yang mengaitkan dangdut dengan nasionalisme: musik yang memiliki ciri khas pada tepukan gendangnya ini merupakan buah kreativitas istimewa dari para jenius lokal (yang berjasa "mengindonesiakan" lagu-lagu dangdut India). Baca: Penat Kerja, Haruskah Pindah Pekerjaan? Begini Solusi Ahli

Dangdut yang kosmopolit ini adalah hasil pertemuan tiga elemen—Melayu, India, dan Arab—dan Ellya Khadam, dengan Boneka dari India yang melambungkan namanya setinggi Gunung Galunggung pada pertengahan 1950-an, memperlihatkan suatu periode peralihan penting: dari masa Melayu Deli ke masa dangdut India. Terus terang saja, perkembangan ini berpangkal pada politik tingkat tinggi antikolonialisme dan antineokolonialisme yang sedang galak-galaknya dijalankan Bung Karno ketika itu. Presiden Republik Indonesia pertama ini menampik segala produk budaya yang berasal dari Barat—termasuk film-film Hollywood, yang diyakini memainkan peran sebagai agen penyebaran budaya Barat. Berpaling ke Timur, Bung Karno membuka pintu lebar-lebar terhadap film India, yang lantas membanjiri bumi pertiwi ini dalam satu paket besar: bersama-sama lagu dan tari India.

MAJALAH TEMPO

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus