Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diet Sayuran dan Kelahiran Bayi Cacat |
SAYURAN memang menyehatkan wanita hamil. Namun, bila selama hamil wanita hanya mengandalkan diet sayuran, mereka berisiko melahirkan bayi tak sempurna. Ibu dan calon ibu yang menjalani diet sayuran selama hamil berisiko lima kali lebih besar melahirkan bayi laki-laki dengan kelainan hypospadiascacat lahir pada penis. Begitu kesimpulan para peneliti Inggrisseperti dilaporkan Reuters Healthyang meneliti hubungan antara diet sayuran dan cacat alat kelamin pada bayi.
Para peneliti menduga, cacat itu mungkin disebabkan oleh fitoestrogen, komponen seperti hormon yang antara lain terdapat dalam kedelai. Menariknya, peneliti juga menemukan bahwa ibu yang mengonsumsi suplemen zat besi dan menderita influenza selama tiga bulan pertama kehamilan berisiko tinggi melahirkan bayi dengan kelainan hypospadias.
Hypospadias adalah cacat berupa ''pintu" penis yang seharusnya terletak di bagian atas tapi berada di bagian bawah. Kelainan pada alat kelamin ini, di AS, terjadi pada satu bayi setiap kelahiran 300 bayi. Untuk memperbaiki kelainan ini, operasi adalah jalan satu-satunya. Bila tak dioperasi, fungsi pembuangan air seni dan seksual bisa tercampur.
Penelitian ini dilakukan tim Universitas Bristol, Inggris. Mereka melibatkan para ibu yang melahirkan 7.928 bayi, dan 51 di antaranya menderita kelainan hypospadias.
Diet 'Popeye' untuk Kanker Usus |
Ingat daun bayam, ingat tokoh kartun Popeye. Ternyata, sayur favorit Popeye itu memang punya khasiat hebat: menurunkan risiko serangan kanker usus besar. Manfaat yang sama juga ditemui pada brokoli, jus jeruk, dan wortel. Demikian kesimpulan tim periset dari Fakultas Kedokteran Universitas Utah, Salt Lake, Amerika Serikat, seperti dipublikasikan American Journal of Clinical Nutrition edisi Februari.
Makanan-makanan tersebut ternyata memiliki kandungan tinggi lutein, suatu antioksidan yang menetralkan radikal bebas penyebab kanker. ''Riset kami menunjukkan bahwa kandungan lutein tinggi bisa melindungi tubuh dari risiko terkena kanker usus, baik pada pria maupun wanita," kata Dr. Martha Slattery, anggota tim periset.
Riset itu menggunakan sampel hampir 2.000 pasien kanker usus besar yang berusia 30 hingga 79 tahun dan sampel pembanding berjumlah 2.410 orang yang tak sakit kanker. Kedua kelompok subyek riset itu masing-masing ditanyai konsumsi makanannya selama dua tahun sebelum riset dilakukan (bagi yang bukan penderita kanker) dan dua tahun sebelum didiagnosis (bagi penderita kanker usus besar).
Data riset menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi makanan dengan kandungan lutein tinggi memiliki risiko terkena kanker usus besar lebih rendah 17 persen daripada mereka yang mengonsumsi makanan dengan kandungan lutein rendah. Efek itu berlaku sama untuk laki-laki dan perempuan. Bila pasien berusia di bawah 67 tahun, efek lutein itu akan lebih signifikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo