Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA memang gudangnya androlog yang ahli menangani infertilitas pada pria. Namun, bila Anda pria kurang subur yang berdiam di kawasan Indonesia timur, misalnya, tak perlu jauh-jauh ke Jakarta. Surabaya dan Semarang kini bisa pula dijadikan rujukan untuk pengobatan infertilitas yang membuat pasangan suami-istri sulit memperoleh anak.
Di Rumah Sakit Telogorejo, Semarangsetelah sempat tak aktif sejak 1990-antelah dibuka kembali program bayi tabung yang dikerjakan bersama Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan RSUP Karyadi. Berbarengan dengan itu, dibuka pula klinik infertilitas, yang di antaranya ditangani oleh dua ahli andrologi.
Di Surabaya ada Aucky Hinting, androlog, yang popularitasnya mengejar ketenaran para seniornya di Jakarta. Aucky sehari-hari bertugas di RSUD Dokter Sutomo dan Rumah Sakit Budi Mulia, Surabaya. Sembilan puluh persen pasien yang datang kepadanya adalah pasangan yang kesulitan memperoleh anak, khususnya yang punya kelainan sperma. Dalam sehari, sekitar 30 pasien diterimanya. Mereka berasal dari berbagai kota, antara lain Medan, Jambi, Bandung, bahkan Jakarta.
Sebenarnya tak terlalu mengherankan bila Surabaya menjadi tempat rujukan. Di sinilah andrologi pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh urolog Prof. Dr. Arif Adimoeljo. Meski andrologi hingga sekarang belum mendapat pengakuan resmi dari pemerintah sebagai cabang ilmu tersendiri, ilmu ini terus berkembang dan sedikitnya ada 200 ahli yang menekuninya. Aucky adalah salah seorang murid Arif yang kini menonjol karena keahliannya menyuntikkan sperma langsung ke sel telur. ''Hingga saat ini, memang baru Aucky seorang yang menguasainya secara fasih," ujar androlog senior yang juga guru besar tetap ilmu biologi kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Arjatmo Tjokronegoro.
Dengan atau tanpa pengakuan pemerintah, yang jelas kehadiran para androlog memang diperlukan. Menurut Aucky, bila ada pasangan yang tidak punya anak, separuh di antaranya disebabkan sperma yang jelek dan dua pertiganya disebabkan kelainan pihak istri. Hal itu ditunjukkan oleh data Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, yang mencatat penyebab infertilitas: 20 persen berasal dari suami, 25 persen dari pasangan suami-istri, 40 persen dari istri, dan 10 persen belum diketahui penyebabnya.
Infertilitas pada pria bisa terjadi karena beberapa sebab. Di antaranya adalah faktor antibodiprotein yang dibentuk oleh sistem pertahanan tubuh terhadap zat-zat asing atau antigen. Pada beberapa wanita, sperma bisa diidentifikasi sebagai benda asing yang harus dilawan. Kenapa? Boleh jadi karena infeksi. Mekanismenya begini. Infeksi membuat tubuh memproduksi antibodi yang bila bertemu sperma, sel sperma itu akan dikenali sebagai benda asing.
Mekanisme seperti itu tidak terjadi bila wanita tidak mengalami infeksi. Jadi, ''Kalau sel darah putih tidak keluar untuk membunuh kuman, ya, tidak apa-apa. Tetapi kalau sel darah putihnya banyak dan ada sperma masuk, sperma yang datang dikira musuh. Akhirnya sperma itu mati," kata Aucky.
Antibodi yang mempersulit kehamilan bisa berasal dari pihak wanita ataupun pria. Pada laki-laki, antibodi itu dinamakan autoantibodi. Terjadinya bila ada gangguan terhadap blatestis barrier, semacam selimut sperma yang gunanya mencegah sel sperma dikenali dan dimusuhi sistem imun.'' Kalau barrier tersebut rusak karena kecelakaan, tertendang, atau jatuh, tubuhnya langsung membentuk antibodi terhadap spermanya sendiri," kata Arjatmo.
Untuk menangani pasangan yang bermasalah dengan antibodi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Menurut pengalaman Aucky, sebagian kecil ada yang bisa ditolong dengan obat-obatan. ''Kalau ada radang diobati, kalau ada infeksi, ya, infeksinya diobati," ujarnya. Sebagian lagi ditangani dengan pencucian sperma.
Pencucian sperma barulah tahap awal. Setelah itu, penanganan dilanjutkan, bisa dengan inseminasi atau bayi tabung. ''Sebenarnya keberhasilan hamil atau tidak jangan dilihat dari pencuciannya. Sebab, kalau hanya proses pencuciannya, keberhasilannya mungkin hampir seratus persen," ujar Prijono Hadiloewih, androlog di Rumah Sakit Telogorejo, kepada Adi Prasetya dari TEMPO.
Menurut Prijono, sesudah itu sperma mesti diinseminasikan setelah sebelumnya ada proses observasi agar inseminasi dilakukan tepat saat sel telur matang dan siap dibuahi. Nah, di sinilah diperlukan tangan-tangan ahli yang fasih dan piawai, yang sayangnya masih cukup langka.
Gabriel Sugrahetty, Dewi Rina Cahyani, Zed Abidien (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo