Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bayi Caesar Berisiko Diabetes
Kaum ibu hamil selayaknya kini menimbang lebih jauh bagaimana si kecil kelak dilahirkan. Hasil studi terbaru di Irlandia, yang dirilis PubMed Journal pekan lalu, menunjukkan bayi yang lahir dengan metode bedah caesar memiliki risiko terkena diabetes 20 persen lebih tinggi ketimbang bayi yang lahir normal.
Hasil penelitian dari Queen's University di Belfast, Irlandia, tersebut memang terkait dengan fenomena peningkatan jumlah penderita diabetes tipe pertama, yang umumnya menyerang pasien usia muda di Eropa. Normalnya, kasus diabetes muda itu terjadi pada tiga dari seribu kelahiran bayi. Angka tersebut meningkat beberapa tahun terakhir. Di Inggris saja, penderita diabetes tipe pertama kini mencapai 250 ribu orang.
Para peneliti menduga peningkatan tersebut disebabkan oleh kontak bayi yang baru lahir dengan bakteri di rumah sakit. Mereka membandingkan asumsi tersebut dengan 20 penelitian terkait. Menurut Dr Chris Cardwell dari Queen's University, Belfast, metode caesar lebih berisiko karena membuat bayi langsung terpapar bakteri rumah sakit, lantaran diangkat langsung dari rahim sang ibu. "Itu lebih karena kondisi lingkungan rumah sakit ketimbang faktor ibu," kata Cardwell. Jadi jelas, melahirkan dengan cara alamiah lebih aman.
Tidur Menata Memori
Tidur ternyata memiliki fungsi seleksi ingatan dan membuat otak seperti arsip. Demikian kesimpulan peneliti Beth Israel Deaconess Medical Center dan Harvard Medical School di Boston, Amerika Serikat. Dalam tidur, otak manusia bisa menyimpan memori kejadian "baik" dan menyisihkan memori "buruk".
Penelitian dilakukan terhadap 88 mahasiswa sukarelawan. Mereka diberi uji panggilan ingatan. Sebelumnya, mereka diuji pada pagi dan sore hari. Sukarelawan diminta melihat sebuah mobil yang diparkir di muka toko dan mobil rusak akibat tabrakan yang teronggok di sebuah jalan. Peserta kemudian dibagi tiga: yang dilarang tidur, yang diberi kesempatan tidur 12 jam, dan yang ingatannya langsung diuji setengah jam kemudian.
Hasilnya, para partisipan yang diberi kesempatan tidur mampu menjalani ujian dengan baik. Ingatan mereka lengkap, baik pada obyek maupun latar belakangnya. "Sedangkan peserta yang tidak diberi kesempatan tidur tidak lengkap dalam mengingat obyek dan latar belakangnya," kata Dr Jessica D. Payne, anggota tim peneliti.
Dalam penelitian yang dimuat di jurnal medis Psychological Science edisi Agustus 2008 itu, terungkap 68 persen peserta yang mendapat kesempatan tidur mampu mengingat dengan baik, bahkan detail, sedangkan yang tak tidur hanya 44 persen yang mampu mengingat dengan baik. "Tidur ternyata mampu memutuskan mana ingatan yang harus dipegang dan mana yang harus dilepas," kata Payne.
Terapi Gen untuk Ketulian
Ini merupakan harapan baru mengatasi ketulian. Sebuah riset menemukan cara transfer gen yang memproduksi bulu getar dalam rumah siput telinga. Pada telinga manusia normal, bulu getar atau sel-sel rambut itulah yang mengubah suara menjadi sinyal elektrik dan mengirimnya ke otak. Jika sebuah sel rusak, sel tersebut tidak bisa diperbaiki atau diganti secara alami. Sel rusak ini akan bertambah seiring dengan menuanya usia.
Menurut tim peneliti dari Oregon Health and Science University, terapi gen dapat mendorong sel lain menjadi sel rambut. Terapi itu menggunakan virus tak berbahaya untuk menduplikasi inti gen dalam sel agar bisa menggandakan sel. "Cara ini sudah berhasil diujikan pada tikus," kata John Brigande, mewakili tim peneliti. Hasil penelitian tersebut dimuat dalam jurnal Nature pekan lalu.
Metode ini memang belum diujikan pada manusia. Namun setidaknya kini ada cara lain untuk mengatasi ketulian karena rusaknya bulu getar. Diharapkan di masa mendatang ada penelitian lanjutan yang bisa membuahkan hasil yang bermanfaat bagi manusia.n
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo