Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
We Own the Night
Sutradara: James Gray
Skenario: James Gray
Pemain: Joaquin Phoenix, Mark Wahlberg
Jika malam turun, lahirlah jarak antara Bobby dan dirinya sendiri. Dia terlahir sebagai Bobby Grusinsky (Joaquin Phoenix), putra bungsu Burt (Robert Duvall) dan adik Joe Grusinsky; yang berprofesi sebagai polisi di New York. Jika malam turun, Bobby menjadi Bobby Green, seorang manajer klub Brooklyn yang megah, selalu penuh dengan pengunjung yang seksi, berkeringat karena dansa serta alkohol dan tentu saja narkoba.
Tak ada yang tahu, bahkan Amada (Eva Mendez), kekasih Bobby yang bertubuh seperti putri duyung, bahwa ayah dan abangnya adalah pemimpin polisi yang melancarkan penyergapan narkoba di kawasan itu. Bobby tahu betul, Vadim Nezinsky, pemilik klub tersebut, dikenal sebagai pemimpin mafia Rusia yang sangat kejam. Yang menyulitkan adalah Nezinsky mencintai Bobby seperti anaknya sendiri. Dia bahkan mempercayai Bobby untuk memperlebar bisnisnya ke Manhattan.
Sementara hubungan Bobby dengan abangnya, sang polisi yang nyebelin, dan sang ayah semakin renggang, Bobby dan kekasihnya di malam hari menikmati hidup di seberang garis hukum.
Persoalan meruncing ketika sang ayah dan abang melancarkan operasi razia narkoba di klub yang dipimpin Bobby. Bobby ikut digaruk dan digebuk oleh anak-anak buah ayahnya; dan dia tak kunjung mengungkap bahwa bos mereka adalah ayahnya sendiri. Permusuhan dalam keluarga semakin tajam. Namun segalanya runtuh ketika Joe kena tembak oleh anak-anak buah Nazinsky.
Sementara Bobby dilanda cemas dan amarah terhadap mafia Rusia, abangnya tergeletak dalam keadaan koma; abangnya yang selama ini selalu menghajarnya karena bekerja di bawah kelompok mafia itu.
Cerita ini sebetulnya bukan sesuatu yang unik. Polisi, mafia, penyergapan dealer narkoba dengan latar New York pada 1988 ketika diskotek tengah membara. Namun James Gray bukan hanya ingin memotret malam-malam yang basah oleh keringat, seks yang panas, atau kejar-mengejar antara polisi dan gembong mafia; tapi juga perseteruan batin di dalam diri Bobby Grusinsky aka Bobby Green. Kini, malam hari, yang biasa menjadi milik dirinya sendiri, menjadi malam-malam pembalasan bagi keluarganya. Setelah sebuah operasi penyergapan pabrik pengolahan heroin, Bobby Grusinsky terbuka topengnya, dan dia menjadi salah satu sasaran mafia Rusia.
Kejar-mengejar di bawah hujan deras itu sungguh adegan yang langka. Dan mencekam. Bobby sudah tahu nyawanya yang tinggal sehelai itu sudah berada di ujung senapan pembunuh bayaran para mafia; tapi dia tetap menguasai setir mobil dengan gila di bawah tumpahnya hujan yang menderu-deru.
Joaquin Phoenix dan Mark Wahlberg adalah dua aktor (sekaligus produser film ini) yang sudah pernah dipertemukan dalam film The Yards karya sutradara yang sama, delapan tahun lalu. Duet Phoenix dan Wahlberg, ditambah keanggunan aktor senior Robert Duvall, sebetulnya menjadi fokus utama film drama (yang hanya menampilkan adegan laga yang minim) ini. Yang dikejar Gray bukanlah rasa penasaran atau keinginan menggojlok adrenalin penonton. Dia ingin kita mengikuti dan menyusuri perlahan perkembangan emosi Bobby Green yang kembali menjelma menjadi Bobby Grusinsky; dari manajer klub yang begitu dicintai bos mafia menjadi bagian dari angkatan kepolisian yang resmi.
Film We Own the Night bukan sebuah film penuh suspens yang melahirkan kejutan-kejutan banal. Pada akhir film, setelah akhirnya kita bisa menghela napas dengan penuh kekaguman, barulah kita menyadari, sang sutradara memberikan malam yang terbaik bagi penontonnya.
Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo