Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

20 Februari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Putri Sulit Tidur

Waspadai bila anak Anda menjadi ”putri sulit tidur”. Perubahan hormonal setelah menstruasi ternyata sangat berisiko memicu masalah tidur. Begitulah temuan sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Pediatricsm, Februari 2006 ini.

Para peneliti mendapati 11 persen dari seribu anak perempuan usia 1316 tahun mengalami insomnia dalam berbagai tingkatan. Kriteria klinis formal menyebutkan, insomnia adalah masalah sulit terlelap sedikitnya empat kali seminggu dan berlangsung selama satu bulan atau lebih.

Umumnya remaja mulai mengalami masalah tidur pada usia 11 tahun. Pada kelompok gadis, sebelum menstruasi, insomnia terjadi sama kadarnya dengan remaja pria. Namun, sejak menstruasi pertama, para gadis dua kali lebih berisiko mengalami sulit tidur dibandingkan dengan remaja pria.

Penyebab lain insomnia pada kelompok remaja adalah perubahan bentuk fisik akibat pubertas. ”Seperti tumbuhnya payudara atau tekanan sosial,” kata Dr Eric O. Johnson, peneliti dari International Research Triangle Park, North Carolina.

Insomnia jadi masalah kronis yang umum terjadi pada remaja, namun sering kali berbuntut pada masalah mental, yaitu turunnya prestasi belajar. Bahkan gangguan kesehatan fisik dan emosi.

Risau Kala Hamil

Kebanyakan perempuan sangat bahagia kala mengetahui dirinya hamil. Sepanjang waktu mereka membayangkan seperti apa bayi yang akan mereka lahirkan nanti. Menghabiskan waktu berjamjam untuk membaca artikel tentang kehamilan dan perawatan bayi. Sibuk memesan pakaian khusus ibu hamil dan perlengkapan bayi. Untuk sementara, pekerjaan bukan lagi menjadi prioritas utama.

Dokter biasanya menganjurkan para ibu menikmati kehamilannya seperti itu. Bagaimana bila ibu tak bisa mengecap kenikmatan, bahkan risau, atas kehamilannya? Ahli kandungan University Hospitals of Cleveland, Marjorie Greenfield, mengatakan perasaan apa pun yang muncul pada seorang perempuan saat mengetahui dirinya berbadan dua adalah hal yang normal. Kerisauan tak akan mengganggu kehamilan atau perkembangan janin.

Seorang perempuan bisa saja sedih karena tak memiliki uang yang cukup untuk membesarkan sang bayi kelak, atau lantaran hubungan dengan ayah dari anak yang dikandung tidak harmonis. Bisa pula karena tekanan kerja di kantor. ”Kegalauan adalah hal yang umum pada awal kehamilan dan tak akan mempengaruhi kandungan,” kata Greenfield, pekan lalu.

Kendati tak mengganggu, kerisauan tak boleh dibiarkan berlarut. Greenfield menganjurkan wanita hamil yang risau untuk berbagi cerita dengan orang terdekat. Mencoba berpikir positif bahwa kehamilan adalah anugerah tiada tara. Dengan demikian, seiring berjalannya waktu, perempuan yang hamil akan merasa dirinya mengemban tugas mulia. Dan mereka jadi tak sabar menanti kelahiran sang bayi.

Serangan Jantung yang Menipu

Orang acap tak menyadari kondisi kesehatan mereka. Sebuah hasil penelitian yang terbit dalam European Heart Journal, Februari 2006 ini, menyebut lebih dari 40 persen penderita serangan jantung mengira mereka hanya terjangkit flu berat.

Satu dari tiga pria dan lebih dari 50 persen perempuan pengidap serangan jantung menyatakan hal itu. Penelitian itu melibatkan 4.000 responden. Mereka dalam keadaan sehat ketika setuju ikut dalam penelitian, dan dua kali menjalani pemeriksaan ECG atau electrocardiogram.

Perempuan umumnya tak menyadari gejala serangan jantung yang tak tipikal. Mereka hanya mengalami nyeri pundak dan bukan nyeri dada sebagaimana penderita serangan jantung. Lantaran itu, perempuan jarang melaporkan gejala yang mereka rasakan.

”Mereka pikir mereka mengidap flu berat dan butuh waktu lebih panjang untuk sembuh,” kata Dr Eric Boersma, peneliti dari Rotterdam Erasmus Medical Centre, Belanda. Mereka menjadi raguragu memeriksakan diri ke dokter karena tak yakin akan sumber sakit yang dirasakannya.

Masalah lain, para wanita secara tradisional lebih khawatir akan kematian yang disebabkan oleh kanker payudara dan kandungan dibanding serangan jantung. Menurut Dr Boesma, kendati penelitian ini dilakukan di Belanda, hasilnya cenderung bisa terjadi pula di sejumlah negara termasuk negara berkembang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus