Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Tradisi Memasak Bubur Asyura di Sampit Masih Lestari

Tradisi memasak bubur asyura setiap 10 Muharam, hingga kini masih dilestarikan sebagian masyarakat Sampit Kabupaten Kotawaringim Timur.

1 Oktober 2017 | 14.58 WIB

Sejumlah umat muslim Malaysia memasak Bubur Lambuk menggunakan panci besar di desa Kampung Baru, Kuala Lumpur, Malaysia, 1 Juni 2017. Bubur Lambuk adalah sejenis bubur Melayu yang dimasak dan didistribusikan ke berbagai tempat selama bulan puasa Ramadhan.
Perbesar
Sejumlah umat muslim Malaysia memasak Bubur Lambuk menggunakan panci besar di desa Kampung Baru, Kuala Lumpur, Malaysia, 1 Juni 2017. Bubur Lambuk adalah sejenis bubur Melayu yang dimasak dan didistribusikan ke berbagai tempat selama bulan puasa Ramadhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Sampit - Tradisi memasak bubur asyura setiap 10 Muharam, hingga kini masih dilestarikan sebagian masyarakat Sampit Kabupaten Kotawaringim Timur, Kalimantan Tengah.

Menurut Yunus, warga setempat, setidaknya ada dua lokasi di Sampit yang warganya menjaga kebiasaan tersebut . Yakni di Jalan Juanda dan dekat masjid kota. “Masing-masing memasak 25 kilogram beras untuk dijadikan bubur asyura. Ada pula di beberapa lokasi lain," kata Yunus, Sabtu, 30/9.

Entah sejak kapan dimulai, namun memasak bubur asyura sudah menjadi tradisi sebagian umat Islam di Sampit sejak lama. Kegiatan ini dilaksanakan persis pada tanggal 10 Muharam, yang bertepatan dengan tanggal 30 September 2017 di kalender Masehi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sebagian warga ada yang mengartikan tradisi itu sebagai simbol tolak bala. Makin banyak jenis bahan yang dicampurkan maka dianggap makin bagus.

Tradisi memperingati hari Asyura merujuk pada sejarah Islam. Banyak kejadian pada 10 Muharam, di antaranya, hari penciptaan alam semesta, hari saat Nabi Nuh diselamatkan dari banjir bandang, hari saat Nabi Musa melintasi laut Merah terbelah ketika dikejar tentara Fir'aun.

Hari Asyura juga saat Nabi Ibrahim selamat dari pembakaran Raja Namrud, hari saat Nabi Yunus keluar dari perut ikan, dan kejadian penting lainnya.

Memasak bubur asyura sama seperti masak bubur biasanya. Hanya, bahan yang dicampur dalam membuat bubur asyura, biasanya dilengkapkan 41 jenis bahan dan rempah-rempah seperti sayur dan kacang-kacangan ditambah daging dan telur.

Dana membuat bubur asyura bisanya sumbangan dari para dermawan. Setelah masak, bubur asyura dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Sebagian disisakan untuk acara buka puasa bersama di masjid bagi warga yang melaksanakan puasa.

"Terlepas adanya polemik, faktanya tradisi ini terus dijalankan masyarakat. Kegiatan ini membawa manfaat silaturahmi dan sosial bagi masyarakat," kata Yunus.

Masyarakat selalu antusias mengikuti kegiatan ini. Laki-laki dan perempuan berbagi tugas menyiapkan bubur asyura yang nantinya dibagikan kepada masyarakat. Masyarakat senang karena rasa bubur asyura juga enak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus